1. Pengertian Ringkasan dan Ikhtisar
Ringkasan (précis) adalah suatu cara efektif untuk menyajikan suatu karangan yang panjang dalam bentuk yang singkat. Karena suatu ringkasan bertolak dari penyajian suatu karya asli secara singkat, maka ia merupakan suatu keterampilan untuk mengadakan reproduksi dari hasil karya yang sudah ada. Kata précis yang dipakai untuk pengertian ini sebenarnya berarti ‘memotong’ atau ‘memangkas’.
Ringkasan hendaknya dibedakan pula dari istilah lain yang pengertiannya tumpang-tindih yaitu ikhtisar, yang juga merupakan suatu bentuk penyajian yang singkat dari suatu karangan asli. Walaupun dalam kenyataannya kedua istilah itu sering dicampur-adukkan, namun secara teknis lebih baik kedua istilah itu dibedakan maknanya. Ringkasan merupakan penyajian singkat dari karangan asli tetapi dengan tetap mempertahankan urutan isi dan sudut pandangan pengarang asli, sedangkan perbandingan bagian atau bab dari karangan asli secara proposional tetap dipertahankan dalam bentuknya yang singkat itu. Ikhtisar sebaliknya tidak perlu mempertahankan urutan karangan asli, tidak perlu memberikan isi dari seluruh karangan itu secara proposional. Penulis ikhtisar dapat langsung mengemukan inti atau pokok masalah dan problematik pemecahannya.
2. Tujuan Membuat Ringkasan
Latihan membuat ringkasan atasa sebuah artikel atau sebuah karya adalah suatu cara yang sangat berguna untuk mengembangkan ekspresi serta penghematan kata. Latihan-latihan yang intensif akan mengembangkan kreasi dan konsentrasi, serta mempertajam kemungkinan pemahaman karya asli sehingga karya ringkasan itu nampaknya seolah-olah hasil pematangan dalam diri penulis ringkasan.
Karena tujuan ringkasan adalah memahami dan megetahui isi sebuah buku atau karangan, maka latihan-latihan untuk maksud tersebut akan membimbing dan menuntun agar membaca karangan asli dengan cermat, dan bagaimana harus menulisnya kembali dengan tepat. Penulis tidak akan membuat ringkasan dengan baik bila ia kurang cermat membaca, bila ia sanggup membeda-bedakan gagasan utama dari gagasan-gagasan tambahan. Kemampuan membedakan tingkat-tingkat gagasan itu akan membantunya mempertajam tingkat-tingkat gagasan itu akan membantunya mempertajam gaya bahasa, serta menghindari uraian-uaraian yang panjang lebar yang mungkinmenyelusup masuk dalam karangan tersebut.
3. Cara Membuat Ringkasan
Beberapa pegangan yang dipergunakan untuk membuat ringkasan yang baik dan teratur, adalah sebagai berikut:
- Membaca naskah asli : penulis ringkasan harus membaca naskah asli seluruhnya beberapa kali untuk mengetahui kesan umum dan maksud pengarang, serta sudut pandangnya.
- Mencatat catatan penting : semua gagasan utama atau gagasan yang penting dicatat atau digaris-bawahi.
- Membuat reproduksi : sebagai langkah ketiga penulis ringkasan kembali suatu karangan singkat (ringkasan) berdasarkan gagasan-gagasan utama sebagaimana yang dicatat langkah kedua itu.
- Ketentuan tambahan : di samping ketiga langkah diatas masih ada beberapa ketentuan tambahan yang perlu diperhatikan pada waktu menyusun ringkasan (langkah ketiga).
Langkah pertama yang harus dilakukan oleh penulis ringkasan adalah membaca naskah asli satu atau dua kali, kalau pelu diulang hingga beberapa kali, untuk mengetahui kesan umum tentang karangan itu secara menyeluruh. Penulis perlu juga mengetahui maksud pengarang dan sudut pandang pengarang.
Untuk membantu penulis mencapai hal tersebut, maka judul dan daftar isi karangan itu dapat dijadikan pegangan. Sebab itu pada waktu membaca karangan isi, penulis hendaknya memperhatikan daftar isis karangan (kalau ada) sehingga lebih mudah ia mendapat kesan umum, maksud pandangan pengarang yang tersirat dalam karangan itu.
3.2 Mencatat Gagasan Utama
Bila penulis menangkap maksud, kesan umum, dan sudut pandangan pengarang asli, maka sekarang ia harus memperdalam dan mengkonkritkan semua hal itu. Tindakan atau langkah yang harus dikerjakan adalah membaca kembali kerangan itu bagian demi bagian, alinea demi alinea itu sambil mencatat semua gagasan yang penting dalam bagian atau alinea itu.
Pencatatan itu dilakukan untuk dua tujuan pengamanan, pertama, untuk tujuan pengamanan agar penulis pada waktu meneliti kembali apakah pokok-pokok yang dicatat itu penting atau tidak; kedua, catatan ini juga akan menjadi dasar bagi pengolahan selanjutnya.
3.3 Mengadakan Reproduksi
Dengan mempergunakan catatan-catatan sebagai yang diperoleh pada langkah kedua dan kesan umum yang diperoleh pada langkah pertama, maka penulis sudah siap untuk membuat ringkasan yang dimaksud. Karena catatan yang dibuat sesuai dengan urutan dalam karangan asli, maka soal urutan isi tidak jadi masalah. Yang harus diperhatikan adalah bahwa catatan tadi, ia harus menyusun kalimat-kalimat baru, merangkai semua gagasan tadi ke dalam suatu wacana yang jelas dan dapat diterima akal sehat, dan sekaligus menggambarkan kembali isi dari karangan aslinya.
3.4 Ketentuan Tambahan
Ada beberapa hal yang perlu diprhatikan agar ringkasan itu diterima sebagai suatu tulisan yang baik :
- Sebaiknya dalam menyusun ringkasan dipergunakan kalimat tunggal daripada kalimat majemuk.
- Bila mungkin ringkaslah kalimat menjadi frasa, frasa menjadi kata.
- Jumlah alinea tergantung dari besarnya ringkasan dan jumlah topik utama yang akan dimasukkan dalam ringkasan.
- Bila mungkin semua katerangan atau kata sifat dibuang.
- Pertahankan susunan gagasan asli, sertaringkaskanlah gagasan-gagasan itu dalam urutan seperti urutan naskah asli.
B. Resensi
1. Pengertian Resensi
Resensi adalah suatu tuliasan atau alas an mengenai nilai sebuah hasil karya atau buku. Tujuan resensi adalah menyampaikan kepada para pembaca apakah sebuah buku atau hasil karya itu patut mendapat sambutan dari masyarakat atau tidak.
Seorang penulis pertimbangan buku bertolak dari tujan untuk membantu para pembaca dalam menentukan perlu tidaknya membaca sebuah buku tertentu, atau perlu tidaknya menikmati suatu hasil karya seni. Bila pertimbangan yang diberikan itu tetap memperhatikan titik tolak tadi, maka penulis secara terus-menerus akan berusaha menyesuaikan pertimbangannya dengan selera pembaca.
2. Dasar Resensi
Untuk memberi pertimbangan atau penilaian secara obyektif atas hasil karya atau buku, penulis harus memperhatikan dua faktor yaitu: pertama, penulis resensi harus memahami sepenuhnya tujuan dari pengarang aslinya, dan kedua ia harus menyadari sepenuhnya apa maksudnya membuat resensi itu.
Tujuan pengarang buku yang dibuat resensinya itu dapat diketahui dari kata pengantar atau bagian pendahuluan buku itu. Penulis resensi harus menemukan apa tujuan pengarang dalam menulis buku itu. Apakah tujuan buku itu betul-betul direalisasi dalam seluruh buku itu. Dengan menilai kaitan antara tujuan sebagaimana ditulis dalam kata pengantar atau pendahuluan serta realisasi dalam seluruh karangan itu, penulis resensi akan mempunyai bahan yang cukup kuat untuk dapat menyampaikan sesuatu kepada pembaca.
3. Sasaran-sasaran Resensi
Untuk membuat suatu resensi yang baik, penulis harus menetapkan sasaran-sasaran yang harus dicapai. Pokok-pokok yang dapat dijadikan sasaran penilaian sebuah buku atau karya adalah :
a) Latar Belakang
Penulis dapat mulai dengan mengemukakan tema dari karangan itu. Agar yang sebenarnya yang ingin disampaikan buku atau pengarang melalui bukunya itu. Penyajian tema secara singkat itu dapat dilengkapi dengan deskripsi mengenai isi buku itu. Dalam ini terdapat titik singgung antar resensi dan ringkasan atau ikhtisar. Dengan kata lain penulis dapat menyampaikan ringkasan atau ikhtisar buku itu, sehingga para pembaca yang belum tahu, dapat memperoleh gambaran mengenai isi buku itu. Gambaran inilah yang akan menjadi landasan penilainya.
b) Macam atau jenis buku
Pembaca-pembaca tidak selalu mempunyai selera yang sama. Ada yang senang dengan cerita komik, ada yang senang dengan cerita detektif, ada pula yang lebih senang dengan roma-roma, bibliografi dan sebagainya.
Betapapun terdapat perbedaan-perbedaan antara pelbagai macam pembaca sebagai diketengahkan di atas, namun masih suatu persamaan umum pada mereka yaitu: mereka semua ingin bila ada sebuah buku baru diterbitkan. Mereka ingin mengetahui: buku itu macam apa? Penulis resensi yang mengabaikan pertanyaan ini sengaja atau tidak sudah gagal dalam melaksanakan tugasnya. Ia harus menunjukan kepada pembaca buku yang baru diterbitkan itu termasuk dalam golongan buku yang mana.
c) Keunggulan Buku
Faktor kedua yang dipergunakan untuk memberi evaluasi adalah mengemukakan segi-segi yang menarik dari buku tersebut. Buku-buku yang sama jenisnya menunjukkan perbedaan yang sangat besar, baik dalam segi penulisan maupun dalam segi penetapan pokok yang khusus.
Mengenai keunggulan buku, penulis resensi pertama-tama mempersoalkan organisasinya. Yang dimaksud dengan organisasi adalah kerangka buku itu hubungan antara bagian satu bagian dengan bagian yang lain. Apakah hubungan itu harmonis, jelas, dan memperlihatkan perkembangan yang masuk akal. Apakah bagian yang terdahulu menjadi sebab atau dasar bagi bagian yang menyusul.
Hal ketiga dari masalah keunggulan buku adalah masalah bahasa. Barangkali ada yang berpendapat bahwa yang penting itu isinya, bahasa tidak penting! Tetapi bagaimana mungkin pembaca dapat memahami sesuatu kalau bahasa yang digunakan tidak dapat dimengerti orang? Mengapa sesuatu yang dapat disampaikan dengan teratur, harus disampaikan secara berbelit-belit dalam rangkaian kalimat dan urutan kata-kata yang tidak masuk akal? Buku-buku ilmiah misalnya buku-buku ilmiah misalnya bukan dimaksudkan menjadi buku-buku sastra. Tetapi perbedaan esensi antara buku ilmiah dan buku sastra bukan antara bahasa yang baik dan bahasa yang tidak baik. Perbedaannya terletak dalam : bahasa untuk karya ilmiah untuk karya ilmiah harus bersifat denotative, hanya boleh menimbulkan satu penafsiran, sedangkan bahasa sastra memungkinkan orang orang untuk mengembangkan imaginasinya, bahasanya harus bersifat konotatif. Bahasa yang baik dinilai dari struktur kalimatnya, hubungan antar kalimat, serta pilihan yang dipergunakan. Semuanya akan menciptakan pula gaya bahasa yang dipakai.
Hal yang terakhir yang dapat dikemukakan oleh penulis resensi dalam memberikan penilainnya adalah mengenai masalah teknik. Sebuah buku yang baik harus pula ditampilkan dalam wajah yang baik. Yang dimaksud dengan wajah yang baik disini adalah segala sesuatu yang menyangkut perwajahan. Kesalahan dalam mencetak kata-kata atau menempatkan tanda baca akan sangat mengganggu para pembaca. Sebab itu salah satu aspek yang tidak kalah penting adalah memberi catatan mengenai kesalahan-kesalahan pencetakan. Mungkin hal ini disebabkan petugas dipercetakan tetapi juga kemungkinan dari pengarang. Sebelum suatu buku dipublikasikan, pengarang selalu diberi kesempatan untuk mengoreksi kembali cetak cobanya.
4. Nilai Buku
Dengan memberikan gambaran mengenai latar belakang dan mengemukakan pokok-pokok yang menjadi sasaran penilaian, penulis resensi sebenarnya telah memberikan pendapatnya mengenai nilai buku itu. Mengeritik memberi pertimbangan, menilai dan menunjukkan kelebihan-kelebihan dan kekurangan-kekurangan buku itu secara penuh tanggung jawab. Tugas pokok penulis resensi adalah memberi sugestikepada para pembaca apakah sebuah buku patut dibaca atau tidak.
Keempat sasaran penilaian (organisasi, isi, bahasa dan teknik) di atas tidak dapat diterapkan secara mekanis. Sering suatu unsur lebih mendapat tekanan daripada unsur lainnya. Beberapa ciri secara tersendiri mungkin dianggap baik atau buruk, sesuai dengan perhatian yang khusus dari pengarang aslinya. Penulis resensi mungkin merubah urutan kempat sasaran penilaian diatas, atau menekankan salah satu daripadanya, sementara sasaran-sasaran lainnya sudah tercakup dalam segi utama tadi.
1. Pengertian Resensi
Resensi adalah suatu tuliasan atau alas an mengenai nilai sebuah hasil karya atau buku. Tujuan resensi adalah menyampaikan kepada para pembaca apakah sebuah buku atau hasil karya itu patut mendapat sambutan dari masyarakat atau tidak.
Seorang penulis pertimbangan buku bertolak dari tujan untuk membantu para pembaca dalam menentukan perlu tidaknya membaca sebuah buku tertentu, atau perlu tidaknya menikmati suatu hasil karya seni. Bila pertimbangan yang diberikan itu tetap memperhatikan titik tolak tadi, maka penulis secara terus-menerus akan berusaha menyesuaikan pertimbangannya dengan selera pembaca.
2. Dasar Resensi
Untuk memberi pertimbangan atau penilaian secara obyektif atas hasil karya atau buku, penulis harus memperhatikan dua faktor yaitu: pertama, penulis resensi harus memahami sepenuhnya tujuan dari pengarang aslinya, dan kedua ia harus menyadari sepenuhnya apa maksudnya membuat resensi itu.
Tujuan pengarang buku yang dibuat resensinya itu dapat diketahui dari kata pengantar atau bagian pendahuluan buku itu. Penulis resensi harus menemukan apa tujuan pengarang dalam menulis buku itu. Apakah tujuan buku itu betul-betul direalisasi dalam seluruh buku itu. Dengan menilai kaitan antara tujuan sebagaimana ditulis dalam kata pengantar atau pendahuluan serta realisasi dalam seluruh karangan itu, penulis resensi akan mempunyai bahan yang cukup kuat untuk dapat menyampaikan sesuatu kepada pembaca.
3. Sasaran-sasaran Resensi
Untuk membuat suatu resensi yang baik, penulis harus menetapkan sasaran-sasaran yang harus dicapai. Pokok-pokok yang dapat dijadikan sasaran penilaian sebuah buku atau karya adalah :
a) Latar Belakang
Penulis dapat mulai dengan mengemukakan tema dari karangan itu. Agar yang sebenarnya yang ingin disampaikan buku atau pengarang melalui bukunya itu. Penyajian tema secara singkat itu dapat dilengkapi dengan deskripsi mengenai isi buku itu. Dalam ini terdapat titik singgung antar resensi dan ringkasan atau ikhtisar. Dengan kata lain penulis dapat menyampaikan ringkasan atau ikhtisar buku itu, sehingga para pembaca yang belum tahu, dapat memperoleh gambaran mengenai isi buku itu. Gambaran inilah yang akan menjadi landasan penilainya.
b) Macam atau jenis buku
Pembaca-pembaca tidak selalu mempunyai selera yang sama. Ada yang senang dengan cerita komik, ada yang senang dengan cerita detektif, ada pula yang lebih senang dengan roma-roma, bibliografi dan sebagainya.
Betapapun terdapat perbedaan-perbedaan antara pelbagai macam pembaca sebagai diketengahkan di atas, namun masih suatu persamaan umum pada mereka yaitu: mereka semua ingin bila ada sebuah buku baru diterbitkan. Mereka ingin mengetahui: buku itu macam apa? Penulis resensi yang mengabaikan pertanyaan ini sengaja atau tidak sudah gagal dalam melaksanakan tugasnya. Ia harus menunjukan kepada pembaca buku yang baru diterbitkan itu termasuk dalam golongan buku yang mana.
c) Keunggulan Buku
Faktor kedua yang dipergunakan untuk memberi evaluasi adalah mengemukakan segi-segi yang menarik dari buku tersebut. Buku-buku yang sama jenisnya menunjukkan perbedaan yang sangat besar, baik dalam segi penulisan maupun dalam segi penetapan pokok yang khusus.
Mengenai keunggulan buku, penulis resensi pertama-tama mempersoalkan organisasinya. Yang dimaksud dengan organisasi adalah kerangka buku itu hubungan antara bagian satu bagian dengan bagian yang lain. Apakah hubungan itu harmonis, jelas, dan memperlihatkan perkembangan yang masuk akal. Apakah bagian yang terdahulu menjadi sebab atau dasar bagi bagian yang menyusul.
Hal ketiga dari masalah keunggulan buku adalah masalah bahasa. Barangkali ada yang berpendapat bahwa yang penting itu isinya, bahasa tidak penting! Tetapi bagaimana mungkin pembaca dapat memahami sesuatu kalau bahasa yang digunakan tidak dapat dimengerti orang? Mengapa sesuatu yang dapat disampaikan dengan teratur, harus disampaikan secara berbelit-belit dalam rangkaian kalimat dan urutan kata-kata yang tidak masuk akal? Buku-buku ilmiah misalnya buku-buku ilmiah misalnya bukan dimaksudkan menjadi buku-buku sastra. Tetapi perbedaan esensi antara buku ilmiah dan buku sastra bukan antara bahasa yang baik dan bahasa yang tidak baik. Perbedaannya terletak dalam : bahasa untuk karya ilmiah untuk karya ilmiah harus bersifat denotative, hanya boleh menimbulkan satu penafsiran, sedangkan bahasa sastra memungkinkan orang orang untuk mengembangkan imaginasinya, bahasanya harus bersifat konotatif. Bahasa yang baik dinilai dari struktur kalimatnya, hubungan antar kalimat, serta pilihan yang dipergunakan. Semuanya akan menciptakan pula gaya bahasa yang dipakai.
Hal yang terakhir yang dapat dikemukakan oleh penulis resensi dalam memberikan penilainnya adalah mengenai masalah teknik. Sebuah buku yang baik harus pula ditampilkan dalam wajah yang baik. Yang dimaksud dengan wajah yang baik disini adalah segala sesuatu yang menyangkut perwajahan. Kesalahan dalam mencetak kata-kata atau menempatkan tanda baca akan sangat mengganggu para pembaca. Sebab itu salah satu aspek yang tidak kalah penting adalah memberi catatan mengenai kesalahan-kesalahan pencetakan. Mungkin hal ini disebabkan petugas dipercetakan tetapi juga kemungkinan dari pengarang. Sebelum suatu buku dipublikasikan, pengarang selalu diberi kesempatan untuk mengoreksi kembali cetak cobanya.
4. Nilai Buku
Dengan memberikan gambaran mengenai latar belakang dan mengemukakan pokok-pokok yang menjadi sasaran penilaian, penulis resensi sebenarnya telah memberikan pendapatnya mengenai nilai buku itu. Mengeritik memberi pertimbangan, menilai dan menunjukkan kelebihan-kelebihan dan kekurangan-kekurangan buku itu secara penuh tanggung jawab. Tugas pokok penulis resensi adalah memberi sugestikepada para pembaca apakah sebuah buku patut dibaca atau tidak.
Keempat sasaran penilaian (organisasi, isi, bahasa dan teknik) di atas tidak dapat diterapkan secara mekanis. Sering suatu unsur lebih mendapat tekanan daripada unsur lainnya. Beberapa ciri secara tersendiri mungkin dianggap baik atau buruk, sesuai dengan perhatian yang khusus dari pengarang aslinya. Penulis resensi mungkin merubah urutan kempat sasaran penilaian diatas, atau menekankan salah satu daripadanya, sementara sasaran-sasaran lainnya sudah tercakup dalam segi utama tadi.
source:http://4dl.ucoz.com
0 komentar:
Posting Komentar