Follow me :

Selasa, 07 Desember 2010

BAB3 METEDOLOGI (MR)

METODE PENELITIAN
Data penelitian merupakan data primer. Data dikumpulkan menggunakan instrument penelitian kuesioner. Kuesioner dikembangkan untuk mengukur faktor persepsi konsumen yang diteliti terhadap minat konsumen untuk memakai jasa warnet.Variabel yang diteliti yaitu :
1.) Lokasi : lokasi atau letak warnet mempengaruhi minat beli konsumen warnet.
2.) Harga : harga yang relative murah dan kompetitif menjadi pertimbangan konsumen dalam memilih jasa warnet.
3.) Kelengkapan fasilitas : kelengkapan fasilitas warnet seperti printer,scanner.webcam, dan headset juga menjadi pertimbangan konsumen dalam memilih jasa warnet.
4.) Pelayanan : pelayanan warnet yang baik dapat memberikan kesan baik bagi konsumen.
5.) Kenyamanan warnet: kenyamanan warnet menjadi suatu kepentingan utama agar konsumen warnet betah dan akan selalu kembali lagi.
6.) Promosi : promosi adalah suatu kewajiban oleh pengelola warnet agar konsumen yg datang lebih banyak lagi.

Dari ke-enam variable diatas dapat digambarkan model penelitian berupa model regresi :
Minat beli konsumen = a + b1 lokasi + b2 harga + b3 k.fasilitas + b4 pelayanan + b5 kenyamanan + b6 promosi


PEMBAHASAN
Populasi penelitian adalah pengunjung warnet di Bekasi. Penelitian dilakukan terhadap 100 responden. Berikut adalah gambaran umum responden berdasarkan umur, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan, dan penghasilan.

Tabel 1. Karakteristik Responden

BAB 2 LANDASAN TEORI (MR)

LANDASAN TEORI
Pengertian Pemasaran
Menurut Kotler (2000), pemasaran adalah sebagai suatu proses sosial dan managerial yang membuat individu dan kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan lewat penciptaan dan pertukaran timbal balik produk dan nilai dengan orang lain. Pemasaran adalah suatu sistem total dari kegiatan bisnis yang dirancang untuk merencanakan, menentukan harga, promosi dan mendistribusikan barang-barang yang dapat memuaskan keinginan dan mencapai pasar sasaran serta tujuan perusahaan (Saladin, 2003). Secara umum, pengertian pemasaran adalah kegiatan pemasaran untuk menjalankan bisnis guna memenuhi kebutuhan pasar dengan barang dan atau jasa, menetapkan harga, mendistribusikan, serta mempromosikannya melalui proses pertukaran agar memuaskan konsumen dan mencapai tujuan perusahaan.

Perilaku konsumen

Menurut Engel yang disitasi oleh Priyono (2006), perilaku konsumen adalah tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk atau jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan menyusuli tindakan ini. David dan Bitta (1988) lebih menekankan perilaku konsumen sebagai suatu proses pengambilan keputusan. Mereka mengatakan bahwa perilaku konsumen adalah proses pengambilan keputusan yang mensyaratkan aktivitas individu untuk mengevaluasi, memperoleh, menggunakan atau mengatur barang dan jasa. Dari berbagai definisi tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa perilaku konsumen menyoroti perilaku baik individu maupun rumah tangga, perilaku konsumen menyangkut suatu proses pengambilan keputusan sebelum pembelian sampai dengan mengkonsumsi produk, dan tujuan mempelajari perilaku konsumen adalah untuk menyusun strategi pemasaran yang berhasil.
Persepsi Konsumen
Persepsi menurut Rakhmat Jalaludin (1998), adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Proses persepsi bukan hanya proses psikologi semata, tetapi diawali dengan proses fisiologis yang dikenal sebagai sensasi. Menurut Schiffman dan Kanuk (2004) yang disitasi oleh Suryani (2008) mendefinisikan persepsi sebagai proses dimana dalam proses tersebut individu memilih, mengorganisasikan dan menginterpretasikan stimuli menjadi sesuatu yang bermakna.

Warnet
Warung Internet atau biasa disingkat warnet adalah salah satu bentuk usaha yang dikelola oleh kelompok atau individu yang memberikan pelayanan dalam bentuk jasa internet oleh penggunanya. Biasanya pengguna dikenakan biaya per jam atau lebih, sesuai lama penggunaannya.

Minggu, 28 November 2010

Pengaruh situasi konsumen

Ada Beberapa Pengaruh Lingkungan :
• Pengaruh Pribadi
• Keluarga
• Situasi


Pengertian

Pengaruh Situasi dapat dipandang sebagai pengaruh yang timbul
dari faktor yang khusus untuk waktu dan tempat yang spesifik yang
lepas dari karakteristik konsumen dan karakteristik obyek
Engel, et.al (1994)

Situasi Konsumen adalan faktor lingkungan sementara yang
menyebabkan suatu situasi dimana perilaku konsumen muncul pada
waktu tertentu dan tempat tertentu
Mowen dan Minor (1998)

5 Karakteristik Situasi Konsumen

S i t u a s i
1. Lingkungan Fisik
Sarana fisik yang menggambarkan situasi konsumen yang meliputi: lokasi,
dekorasi, aroma, cahaya, cuaca dan objek fisik lainnya yang ada di sekeliling
konsumen

2. Lingkungan Sosial
Kehadiran dan ketidakhadiran orang lain pada situasi tersebut

3. W a k t u
Waktu atau saat perilaku muncul (jam, hari, musim libur, bulan puasa, tahun
baru). Waktu mungkin diukur secara subjektif berdasarkan situasi
konsumen, misal kapan terakhir kali membeli biskuit. Arti kapan terakhir kali
akan berbeda antarkonsumen

4. T u j u a n
Tujuan yang ingin dicapai pada suatu situasi. Konsumen yang belanja untuk
hadiah akan menghadapi situasi berbeda dibandingkan belanja untuk
kebutuhan sendiri

5. Suasana Hati
Suasana hati atau kondisi jiwa sesaat (misalnya perasaan khawatir, tergesagesa,
sedih, marah) yang dibawa pada suatu situasi.


Jenis- jenis Situasi Konsumen :
1. Situasi Komunikasi
2. Situasi Pembelian
3. Situasi Pemakaian


Situasi Komunikasi

S i t u a s i
Situasi Komunikasi adalah suasana atau lingkungan
dimana konsumen memperoleh informasi atau melakukan
komunikasi

Komunikasi yg dilakukan bisa bersifat pribadi atau nonpribadi
Konsumen mungkin memperoleh informasi melalui :
1. Komunikasi Lisan dengan teman, kerabat, tenaga
penjual, atau wiraniaga
2. Komunikasi non pribadi, seperti iklan TV, radio, internet,
koran, majalah, poster, billboard, brosur, leaflet dsb
3. Informasi diperoleh langsung dari toko melalui promosi
penjualan, pengumuman di rak dan di depan toko

Situasi Pembelian

S i t u a s i
Situasi Pembelian adalah lingkungan atau suasana yang
dialami/dihadapi konsumen ketika membeli produk dan
jasa. Situasi pembelian akan mempengaruhi pembelian
Misal: Ketika Konsumen berada di bandara, ia mungkin akan
bersedia membayar sekaleng Coke berapa saja harganya
ketika haus.
Sebaliknya, jika ia berbelanja Coke di swalayan dan
mendapatkan harganya relatif lebih mahal, ia mungkin
sangat sensitif terhadap harga. Konsumen tsb mungkin akan
menunda pembelian Coke dan mencari di tempat lain

Bentuk Utama Pengaruh Situasi

Lingkungan Fisik Toko Eceran – Lingkungan Informasi
a. Ketersediaan Informasi
Informasi mengenai produk harus tersedia di toko, antara lain informasi tentang
harga, cara pembayaran, adanya petugas atau wiraniaga yang bisa ditanya dsb.
b. Format Informasi
Pengelola harus merancang bagaimana informasi disampaikan kepada
konsumen. Misal, label harga ditempelkan di masing-masing produk, atau di
tempel di rak c. Bentuk Informasi
Misal tentang informasi kualitas produk telur dibuat dalam bentuk semantik (Kualias
A – Sangat Baik, kualitas B – Baik, Kualitas C – Sedang) atau dalam bentuk
numerik (Kualitas A - berat 50-60 gr/butir, Kualitas B – berat 40-50 gr/butir)

Lingkungan Fisik Toko Eceran – Lingkungan Toko
a. Lokasi Toko
Lokasi Toko sangat mempengaruhi keinginan seorang konsumen untuk datang
dan berbelanja. Para Pedagang Kaki Lima adalah orang yang paling tahu
mengenai pentingnya lokasi
b. Layout toko
Layout toko mencakup tata letak produk, kasir dan arus lalu lalang konsumen di
dalam toko. Tata letak yang baik akan membantu produsen agar bisa
menampilkan produknya dengan baik, memudahkan konsumen berbelanja, dan
meningkatkan efisiensi kerja perugas.
c. Musik
Musik adalah bagian penting untuk melengkapi kenyamanan suatu toko. Tata suara
penting sebagai media komunikasi langsung antara pengelola toko dengan
konsumen. Suatu hasil penelitian menyatakan bahwa musik dengan tempo lambar
menyebabkan waktu berbelanja lebuh lama dan jumlah uang yg dibelanjakan lebih
banyak dibanding dengan musik tempo cepat yang diperdengarkan
d. W a r n a
Warna adalah unsur penting dalam interior sebuah toko. Warna yang cerah seperti
kuning dan merah akan lebih menarik pengunjung untuk datang ke toko
dibandingkan warna yang lembut seperti hijau dan biru.
e. Produk yang tersedia di tempat penjualan
Produk yang dipajang di rak bisa berfungsi sebagai rangsangan yang menarik
konsumen untuk melihat dan membeli produk tersebut. Konsumen lebih tertarik
untuk datang ke toko yang banyak barang dagangannya sehingga konsumen
memiliki banyak pilihan
f. Kesesakan
Toko memiliki jumlah pengunjung berbeda tergantung hari dan waktu. Konsumen
yang datang pada hari-hari yang sesak pengunjung mungkin akan mengurangi
waktu berbelanjanya dan menunda pembelian beberapa produk, karena merasa
tidak nyaman berada di toko yang sesak pengunjung.

Lingkungan Sosial Toko
Lingkungan Sosial Toko adalah interaksi konsumen dengan konsumen lainnya,
dan interaksi konsumen dengan pramuniaga atau tenaga penjualan.
Para Staf Toko, pramuniaga atau tenaga penjualan yang berada di toko
memegang peranan penting dalam mempengaruhi konsumen.
Keprofesionalan, keramahan, keakraban, penampilan menarik mereka akan
memberikan citra positif kepada toko dan menyebabkan konsumen kembali
lagi berbelanja di toko tersebut
Pengaruh Waktu
Waktu adalah faktor situasi penting lainnya yang mempengaruhi pembelian di
toko.
Waktu mempengaruhi produk yang dibeli konsumen
Berapa banyak waktu yang dimiliki konsumen untuk berbelanja akan
mempengaruhi cara berbelanja. Konsumen dgn waktu sedikit akan mengunjungi
toko dan berbelanja dengan mencari langsung produk yang diiinginkannya
Waktu bisa dianggap sebgaai sebuah produk. Banyak produk dikembangkan
untuk menghemat waktu konsumen, sehingga penghematan waktu sering
dikomunikasikan sebagia atribut penting dari produk tersebut. Contoh: mesin
cuci, rice cooker, handphone, restoran fast food dsb.

Situasi Pemakaian
Misal: Konsumen Muslim sering memakai kopiah dan pakaian takwa
pada saat sholat atau pada acara keagamaan. Kebaya akan dipakai kaum
wanita pada acara pernikahan atau acara resmi lainya, dan jarang
digunakan untuk pergi bekerja
Para Produsen sering menggunakan konsep situasi pemakaian dalam
memasarkan produknya, produk sering diposisikan sebagai produk
untuk digunakan pada situasi pemakaian tertentu. Misalnya, ada
pakaian resmi untuk ke pesta, pakaian olahraga, pakaian untuk kerja,
pakaian untuk santai dan berolahraga



Perbedaan Individu :
• Sumber Daya Konsumen
• Motivasi & Keterlibatan
• Pengetahuan
• S i k a p
• Kepribadian & Gaya Hidup



Sumber Daya Ekonomi - Uang
Keputusan Konsumen sehubungan dengan produk dan merek sangat
dipengaruhi oleh jumlah sumber daya ekonomi yang dipunyai atau
mungkin dipunyai pada masa akan datang
Untuk menjadi Konsumen diperlukan uang.
Kartu Kredit juga memadai
Untuk itu, Pembelian sangat dipengaruhi oleh pendapatan
konsumen
Pun demikian, harapan konsumen mengenai pendapatan
masa datang menjadi variabel penting dalam meramalkan
perilaku konsumen

Sumber Daya Temporal - Waktu
Waktu menjadi variabel yang semakin penting dalam memahami
perilaku konsumen.
Karena konsumen mayoritas semakin mengalami kemiskinan akan
waktu. Namun demikian ada suatu bagian waktu yang dihabiskan untuk
kegiatan yang sangat pribadi yaitu waktu senggang
Produk yang diklasifikasikan menurut sifat waktu konsumen disebut
barang waktu (time goods)
• Barang yang Menggunakan Waktu
Produk yang memerlukan pemakaian waktu dalam mengkonsumsinya. Contoh:
Menonton TV, Memancing, Golf, Tennis (waktu Senggang) Tidur,
perawatan pribadi, pulang pergi (waktu wajib)
• Barang Penghemat Waktu
Produk yang menghemat waktu memungkinkan konsumen meningkatkan waktu
leluasa mereka. Contoh: oven microwave, pemotong rumput, fast food

Sumber Daya Kognitif - Perhatian
Sumberdaya Kognitif menggambarkan kapasitas mental yang tersedia
untuk menjalankan pelbagai kegiatan pengolahan informasi
Alokasi Kapasitas Kognitif dikenal sebagai perhatian (attention).
Perhatian terdiri dari dua dimensi:
• Arahan (direction) menggambarkan fokus perhatian
• Intensitas mengacu pada jumlah kapasitas yang difokuskan pada
arahan tertentu
Karena Kapasitas tersebut terbatas, orang harus selektif dalam apa
yang mereka perhatikan dan berapa banyak perhatian dialokasikan
selama pengolahan informasi

Lecturer:
Mumuh Mulyana Mubarak, SE.

Sabtu, 16 Oktober 2010

PERILAKU KONSUMEN 2

MEMAHAMI KONSUMEN

Perilaku konsumen adalah proses yang dilalui oleh seseorang/ organisasi dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi, dan membuang produk atau jasa setelah dikonsumsi untuk memenuhi kebutuhannya. Perilaku konsumen akan diperlihatkan dalam beberapa tahap yaitu tahap sebelum pembelian, pembelian, dan setelah pembelian. Pada tahap sebelum pembelian konsumen akan melakukan pencarian informasi yang terkait produk dan jasa. Pada tahap pembelian, konsumen akan melakukan pembelian produk, dan pada tahap setelah pembelian, konsumen melakukan konsumsi (penggunaan produk), evaluasi kinerja produk, dan akhirnya membuang produk setelah digunakan.

Konsumen dapat merupakan seorang individu ataupun organisasi, mereka memiliki peran yang berbeda dalam perilaku konsumsi, mereka mungkin berperan sebagai initiator, influencer, buyer, payer atau user.

Dalam upaya untuk lebih memahami konsumennya sehingga dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen, perusahaan dapat menggolongkan konsumennya ke dalam kelompok yang memiliki kemiripan tertentu, yaitu pengelompokan menurut geografi, demografi, psikografi, dan perilaku.

MOTIVASI

Motivasi sebagai tenaga dorong dalam diri individu yang memaksa mereka untuk bertindak, yang timbul sebagai akibat kebutuhan yang tidak terpenuhi. Motivasi muncul karena adanya kebutuhan yang dirasakan. Kebutuhan sendiri muncul karena konsumen merasakan ketidaknyamanan (state of tension) antara yang seharusnya dirasakan dan yang sesungguhnya dirasakan.

Untuk memahami kebutuhan manusia, Teori Maslow dan McClelland menggambarkan bahwa manusia memiliki kebutuhan-kebutuhan yang berbeda sehingga hal ini dapat digunakan pemasar untuk mendorong konsumsi suatu produk dan atau jasa.

PERSEPSI

Persepsi didefinisikan sebagai proses yang dilakukan individu untuk memilih, mengatur, dan menafsirkan stimuli ke dalam gambar yang berarti dan masuk akal mengenai dunia, yaitu proses “bagaimana kita melihat dunia di sekeliling kita”. Stimuli ini diterima oleh alat pancaindra manusia. Stimuli mana yang akan diproses tergantung dari apakah stimuli dapat masuk ke dalam proses untuk menginterpretasikannya. Untuk dapat masuk ke dalam proses interpretasi suatu stimuli harus mampu mengekspos manusia (mendapat perhatian) melalui indra penerimaan, artinya harus diperhatikan ambang penerimaan stimuli manusia. Setelah stimuli diterima maka proses interpretasi dapat dilakukan yang terkait dengan faktor individu.

SIKAP

Terdapat beberapa pengertian sikap yang disampaikan oleh para ahli. Intinya sikap adalah perasaan dari konsumen (positif dan negatif) dari suatu objek setelah dia mengevaluasi objek tersebut. Semakin banyak objek yang dievaluasi akan semakin banyak sikap yang terbentuk.

Sikap memiliki beberapa fungsi, yaitu fungsi penyesuaian, ego defensive, ekspresi nilai, dan pengetahuan. Untuk lebih memahami sikap perlu dipahami beberapa karakteristik sikap, diantaranya memiliki objek, konsisten, intensitas dan dapat dipelajari.

MODEL DAN TEORI SIKAP

Perkembangan teori tentang sikap sudah sangat maju. Sikap juga dapat digambarkan dalam bentuk model. Model tradisional menggambarkan pengaruh informasi dari lingkungan luar pribadi seseorang, di mana informasi tersebut akan diolah dengan menggunakan elemen internal dari seseorang, untuk menghasilkan sikap terhadap objek. Model analisis konsumen menyebutkan bahwa sikap terdiri dari komponen perasaan (affect) dan kognitif, perilaku, serta lingkungan. Model tiga komponen dan model ABC menyatakan bahwa sikap konsumen dibentuk oleh faktor kognitif, afektif, dan konatif (perilaku atau kecenderungan untuk berperilaku). Teori kongruitas menggambarkan pengaruh antara dua jenis objek, di mana kekuatan satu sama lain dapat saling mempengaruhi persepsi konsumen. Dan model terakhir adalah model Fishbein yang merupakan kombinasi dari kepercayaan objek terkait dengan atribut dan intensitas dari kepercayaan tersebut. Model Fishbein ini kemudian dimodifikasi dengan menambahkan bahwa perilaku dipengaruhi oleh sikap terhadap perilaku dan norma subjektif. di bawah ini adalah contoh model teori Fishbein.




PEMBENTUKKAN SIKAP

Sikap yang terbentuk biasanya didapatkan dari pengetahuan yang berbentuk pengalaman pribadi. Sikap juga dapat terbentuk berdasarkan informasi yang diterima dari orang lain, yang memiliki pengaruh. Kelompok juga menjadi sumber pembentukan sikap yang cukup berpengaruh.

Alur pembentukan sikap dimulai ketika seseorang menerima informasi tentang produk atau jasa. Informasi tersebut, kemudian dievaluasi dan dipilah, berdasarkan kebutuhan, nilai, kepribadian, dan kepercayaan dari individu. Sehingga terjadilah pembentukan, perubahan atau konfirmasi dalam kepercayaan konsumen terhadap produk, serta tingkat kepentingan dari tiap atribut produk terhadap dirinya atau terhadap kebutuhannya saat ini. Hasil akhirnya adalah terbentuknya sikap dari individu terhadap suatu objek (produk, jasa atau hal lainnya). Tingkat komitmen dari pembentukan sikap beragam, mulai dari compliance, identification, sampai kepada internalization. Dalam prinsip konsistensi sikap, terdapat harmoni antara pemikiran, perasaan, dan perbuatan, yang cenderung menimbulkan usaha untuk menciptakan keseimbangan antara ketiganya. Adanya disonansi antara elemen sikap dan perilaku dapat direduksi dengan menghilangkan, menambah atau mengubah keduanya (teori disonansi kognitif). Teori persepsi diri menyatakan bahwa sikap dapat ditentukan dari perilaku yang diobservasi. Adanya penerimaan dan penolakan pesan berdasarkan standar yang dibentuk dari sikap sebelumnya terdapat dalam teori penilaian sosial.

PERUBAHAN SIKAP

Strategi perubahan sikap dapat dilakukan baik terhadap produk dengan keterlibatan tinggi, maupun untuk produk dengan tingkat keterlibatan rendah. Usaha mengarahkan audiens untuk produk dengan keterlibatan rendah ditempuh dengan mentransformasi situasi ke arah keterlibatan konsumen yang tinggi. Adapun strategi perubahan sikap konsumen terhadap produk atau jasa tertentu dilakukan dengan menggunakan saluran komunikasi persuasif, yang mengikuti alur proses komunikasi yang efektif. Pemasar harus mampu mengidentifikasi, menganalisis, dan mengoptimalkan penggunaan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi dan dapat menyebabkan perubahan sikap dari penerima pesan atau konsumen. Faktor sumber, pesan, dan penerima pesan dapat digunakan secara optimal untuk menghasilkan perubahan sikap dan tentunya perubahan perilaku positif dari konsumen yang diharapkan oleh pemasar. Kredibilitas dari sumber pesan menjadi fokus dari komunikasi persuasif. Dalam mengelola pesan, yang harus diperhatikan adalah struktur, urutan, dan makna yang terkandung dalam pesan. Karakteristik dari penerima pesan, yang meliputi kepribadian, mood, dan jenis kepercayaan yang dimiliki juga menjadi faktor penentu keberhasilan komunikasi persuasif.

KEPRIBADIAN

Konsep kepribadian (personality) dibahas secara teoretis oleh para pakar melalui berbagai sudut pandang yang beraneka ragam, diantaranya menekankan pembahasan kepribadian pada pengaruh sosial dan lingkungan terhadap pembentukan kepribadian secara kontinu dari waktu ke waktu, serta menekankan pada pengaruh faktor keturunan dan pengalaman di awal masa kecil terhadap pembentukan kepribadian.

Tiga karakteristik yang perlu dibahas dalam pembahasan mengenai kepribadian adalah kepribadian mencerminkan perbedaan antarindividu, kepribadian bersifat konsisten dan berkelanjutan, dan kepribadian dapat mengalami perubahan.

Dalam mempelajari kaitan antara kepribadian dan perilaku konsumen, 3 teori kepribadian yang sering digunakan sebagai acuan adalah teori Freudian, Neo Freudian dan teori traits.

Teori Freudian yang diperkenalkan oleh Sigmund Freud, mengungkapkan teori psychoanalytic dari kepribadian yang menjadi landasan dalam ilmu psikologi. Berdasarkan teori Freud, kepribadian manusia terdiri dari 3 bagian atau sistem yang saling berinteraksi satu sama lain. Ketiga bagian tersebut adalah id, superego dan ego. Teori kepribadian Neo-Freudian mengemukakan bahwa faktor utama yang mempengaruhi pembentukan kepribadian manusia bukan dari dirinya sendiri, tetapi dari hubungan sosial. Berdasarkan teori trait, kepribadian diukur melalui beberapa karakteristik psikologis yang bersifat spesifik yang disebut dengan trait. Salah satu tes yang dikenal adalah selected single- trait personality.

Dalam pemahaman mengenai berbagai karakteristik konsumen yang mempengaruhi perilaku mereka dalam melakukan pembelian, beberapa diantaranya adalah keinovatifan konsumen, faktor kognitif konsumen, tingkat materialisme konsumen, dan ethnocentrism konsumen.

Selain product personality, konsumen juga mengenal brand personality, di mana mereka melihat perbedaan trait pada tiap produk yang berbeda juga. Semua kesan yang berhasil ditampilkan oleh merek tersebut dalam benak konsumen menggambarkan bahwa konsumen dapat melihat karakteristik tertentu dari produk, kemudian membentuk brand personality.

GAYA HIDUP

Gaya hidup merupakan pola hidup yang menentukan bagaimana seseorang memilih untuk menggunakan waktu, uang dan energi dan merefleksikan nilai-nilai, rasa, dan kesukaan. Gaya hidup adalah bagaimana seseorang menjalankan apa yang menjadi konsep dirinya yang ditentukan oleh karakteristik individu yang terbangun dan terbentuk sejak lahir dan seiring dengan berlangsungnya interaksi sosial selama mereka menjalani siklus kehidupan.

Konsep gaya hidup konsumen sedikit berbeda dari kepribadian. Gaya hidup terkait dengan bagaimana seseorang hidup, bagaimana menggunakan uangnya dan bagaimana mengalokasikan waktu mereka. Kepribadian menggambarkan konsumen lebih kepada perspektif internal, yang memperlihatkan karakteristik pola berpikir, perasaan dan persepsi mereka terhadap sesuatu.

Gaya hidup yang diinginkan oleh seseorang mempengaruhi perilaku pembelian yang ada dalam dirinya, dan selanjutnya akan mempengaruhi atau bahkan mengubah gaya hidup individu tersebut.

Berbagai faktor dapat mempengaruhi gaya hidup seseorang diantaranya demografi, kepribadian, kelas sosial, daur hidup dalam rumah tangga. Kasali (1998) menyampaikan beberapa perubahan demografi Indonesia di masa depan, yaitu penduduk akan lebih terkonsentrasi di perkotaan, usia akan semakin tua, melemahnya pertumbuhan penduduk, berkurangnya orang muda, jumlah anggota keluarga berkurang, pria akan lebih banyak, semakin banyak wanita yang bekerja, penghasilan keluarga meningkat, orang kaya bertambah banyak, dan pulau Jawa tetap terpadat.

PENGARUH KELUARGA

Rumah tangga (a household) terdiri dari anggota yang terkait dengan keluarga (family) dan semua orang-orang yang tidak terkait yang berada dalam suatu unit tempat tinggal (baik itu rumah, apartemen, kelompok kamar-kamar, dan lain-lain). Rumah tangga dapat terdiri dari dua jenis/ bentuk: keluarga (families) dan non-keluarga (non families).

Suatu keluarga mungkin merupakan suatu keluarga patriat (patriarchal family), di mana sang ayah dipertimbangkan sebagai anggota yang paling dominan, sedangkan dalam suatu keluarga matriat (matriarchal family), pihak wanita memainkan peran dominan, dan membuat banyak keputusan, sedangkan dalam equalitarian family, sang suami dan istri membagi secara seimbang pengambilan keputusan

Keluarga memiliki struktur sendiri, seperti juga yang terjadi pada masyarakat, di mana setiap anggota memainkan perannya masing-masing. Bagi pemasar adalah penting untuk membedakan peran setiap anggota keluarga dalam tujuan untuk mengoptimalkan strategi pemasaran. Asumsi yang dibuat mengenai peran-peran pembelian harus dicek melalui riset konsumen sehingga pemasar dapat membuat bauran pemasaran yang tepat ditujukan terhadap individu yang tepat.

Konsep siklus hidup keluarga atau rumah tangga telah terbukti sangat bermanfaat bagi pemasar, khususnya untuk aktivitas dari keluarga-keluarga seiring dengan berjalannya waktu. Dengan adanya konsep siklus hidup, pemasar mampu mengapresiasi kebutuhan keluarga, pembelian produk, dan sumber daya keuangan bervariasi sepanjang waktu.

Siklus hidup keluarga modern didasarkan pada usia (dari individu wanita dalam rumah tangga, jika tepat), yang ditelusuri dalam kelompok-kelompok usia muda (young), usia menengah (middle aged). Dan kelompok usia lebih tua (elderly). Usia yang beragam ini dipengaruhi oleh dua bentuk peristiwa penting, yaitu (1) pernikahan dan pemisahan (baik karena perceraian atau kematian), dan (2) hadirnya anak pertama dan anak paling akhir.

PENGARUH KELAS SOSIAL

Kelas sosial didefinisikan sebagai pembagian anggota masyarakat ke dalam suatu hierarki status kelas yang berbeda sehingga para anggota setiap kelas secara relatif mempunyai status yang sama`dan para anggota kelas lainnya mempunyai status yang lebih tinggi atau lebih rendah.

Kategori kelas sosial biasanya disusun dalam hierarki, yang berkisar dari status yang rendah sampai yang tinggi. Dengan demikian, para anggota kelas sosial tertentu merasa para anggota kelas sosial lainnya mempunyai status yang lebih tinggi maupun lebih rendah dari pada mereka.

Aspek hierarkis kelas sosial penting bagi para pemasar. Para konsumen membeli berbagai produk tertentu karena produk-produk ini disukai oleh anggota kelas sosial mereka sendiri maupun kelas yang lebih tinggi, dan para konsumen mungkin menghindari berbagai produk lain karena mereka merasa produk-produk tersebut adalah produk-produk “kelas yang lebih rendah”.

Pendekatan yang sistematis untuk mengukur kelas sosial tercakup dalam berbagai kategori yang luas berikut ini: ukuran subjektif, ukuran reputasi, dan ukuran objektif dari kelas sosial.

Peneliti konsumen telah menemukan bukti bahwa di setiap kelas sosial, ada faktor-faktor gaya hidup tertentu (kepercayaan, sikap, kegiatan, dan perilaku bersama) yang cenderung membedakan anggota setiap kelas dari anggota kelas sosial lainnya.

Para individu dapat berpindah ke atas maupun ke bawah dalam kedudukan kelas sosial dari kedudukan kelas yang disandang oleh orang tua mereka. Yang paling umum dipikirkan oleh orang-orang adalah gerakan naik karena tersedianya pendidikan bebas dan berbagai peluang untuk mengembangkan dan memajukan diri.

Dengan mengenal bahwa para individu sering menginginkan gaya hidup dan barang-barang yang dinikmati para anggota kelas sosial yang lebih tinggi maka para pemasar sering memasukkan simbol-simbol keanggotaan kelas yang lebih tinggi, baik sebagai produk maupun sebagai hiasan dalam iklan yang ditargetkan pada audiens kelas sosial yang lebih rendah.

BUDAYA

Dalam studi tentang budaya kita perlu memperhatikan karakteristik-karakteristik dari budaya itu sendiri, yaitu budaya itu ditemukan (invented), budaya dipelajari, budaya diyakini dan disebarluaskan secara sosial, budaya-budaya itu serupa tapi tidak sama, budaya itu memuaskan kebutuhan dan diulang-ulang secara konsisten (persistent), budaya bersifat adaptif, budaya itu terorganisasi dan terintegrasi, dan budaya itu dasar aturan (prescriptive).

Nilai adalah ide umum tentang tujuan yang baik dan yang buruk. Dari alur norma atau aturan yang menjelaskan tentang yang benar atau yang salah, yang bisa diterima dan yang tidak. Beberapa norma dikatakan sebagai enacted norms, di mana maksud dari norma tersebut terlihat secara eksplisit, benar dan salah. Namun, banyak norma lain yang lebih halus, ini adalah crescive norm yang telah tertanam dalam budaya dan hanya bisa terlihat melalui interaksi antaranggota dalam budaya.

Nilai-nilai budaya yang berlaku berbeda di setiap wilayah. Nilai yang berlaku di suatu Negara belum tentu berlaku di Negara atau bahkan bisa bertolak belakang dari nilai yang berlaku di Negara lain tersebut. Budaya mempengaruhi konsumen dalam sudut pandang terhadap dirinya dan orang lain, dan karenanya mempengaruhinya dalam berperilaku. Oleh karenanya, budaya sangat mempengaruhi bagaimana konsumen bereaksi atau berperilaku terhadap produk atau inovasi tertentu.


SUMBER :EKMA4567
PERILAKU KONSUMEN
Tengku Ezni Balqiah
Hapsari Setyowardhani
3 sks / modul 1-9: ill.; 21 cm / Edisi 1
ISBN : 979
DDC :
Copyright (BMP) © Jakarta: Universitas Terbuka, 2009

Jumat, 15 Oktober 2010

PERILAKU KONSUMEN

Perilaku konsumen adalah proses dan aktivitas ketika seseorang berhubungan dengan pencarian, pemilihan, pembelian, penggunaan, serta pengevaluasian produk dan jasa demi memenuhi kebutuhan dan keinginan. Perilaku konsumen merupakan hal-hal yang mendasari konsumen untuk membuat keputusan pembelian. Untuk barang berharga jual rendah (low-involvement) proses pengambilan keputusan dilakukan dengan mudah, sedangkan untuk barang berharga jual tinggi (high-involvement) proses pengambilan keputusan dilakukan dengan dengan pertimbangan yang matang.

Aplikasi
Pemahaman akan perilaku konsumen dapat diaplikasikan dalam beberapa hal, yang pertama adalah untuk merancang sebuah strategi pemasaranyang baik, misalnya menentukan kapan saat yang tepat perusahaan memberikan diskon untuk menarik pembeli. Kedua, perilaku konsumen dapat membantu pembuat keputusan membuat kebijakan publik. Misalnya dengan mengetahui bahwa konsumen akan banyak menggunakan transportasi saat lebaran, pembuat keputusan dapat merencanakan harga tiket transportasi di hari raya tersebut. Aplikasi ketiga adalah dalam hal pemasaran sosial (social marketing), yaitu penyebaran ide di antara konsumen. Dengan memahami sikap konsumen dalam menghadapi sesuatu, seseorang dapat menyebarkan ide dengan lebih cepat dan efektif.

Pendekatan dalam meneliti perilaku konsumen
Terdapat tiga pendekatan utama dalam meneliti perilaku konsumen. Pendekatan pertama adalah pendekatan interpretif. Pendekatan ini menggali secara mendalam perilaku konsumsi dan hal yang mendasarinya. Studi dilakukan dengan melalui wawancara panjang dan focus group discussion untuk memahami apa makna sebuah produk dan jasa bagi konsumen dan apa yang dirasakan dan dialami konsumen ketika membeli dan menggunakannya.
Pendekatan kedua adalah pendekatan tradisional yang didasari pada teori dan metode dari ilmu psikologi kognitif, sosial, dan behaviorial serta dari ilmu sosiologi. Pendekatan ini bertujuan mengembangkan teori dan metode untuk menjelaskan perliku dan pembuatan keputusan konsumen. Studi dilakukan melalui eksperimen dan survey untuk menguji coba teori dan mencari pemahaman tentang bagaimana seorang konsumen memproses informasi, membuat keputusan, serta pengaruh lingkungan sosial terhadap perilaku konsumen.
Pendekatan ketiga disebut sebagai sains marketing yang didasari pada teori dan metode dari ilmu ekonomi dan statistika. Pendekatan ini dilakukan dengan mengembangkan dan menguji coba model matematika untuk memprediksi pengaruh strategi marketing terhadap pilihan dan perilaku konsumen.
Ketiga pendekatan sama-sama memiliki nilai dan tinggi dan memberikan pemahaman atas perilaku konsumen dan strategi marketing dari sudut pandang dan tingkatan analisis yang berbeda. Sebuah perusahaan dapat saja menggunakan salah satu atau seluruh pendekatan, tergantung permasalahan yang dihadapi perusahaan tersebut.


Roda analisis konsumen
Roda analisis konsumen adalah kerangka kerja yang digunakan marketer untuk meneliti, menganalisis, dan memahami perilaku konsumen agar dapat menciptakan strategi pemasaran yang lebih baik. Roda analisis konsumen terdiri dari tiga elemen: afeksi dan kognisi, lingkungan, dan perilaku.


Afeksi dan kognisi





Tipe respons afektif
Elemen pertama adalah afeksi dan kognisi. Afeksi merujuk pada perasaan konsumen terhadap suatu stimuli atau kejadian, misalnya apakah konsumen menyukai sebuah produk atau tidak. Kognisi mengacu pada pemikiran konsumen, misalnya apa yang dipercaya konsumen dari suatu produk. Afeksi dan kognisi berasal dari sistem yang disebut sistem afeksi dan sistem kognisi. Meskipun berbeda, namun keduanya memiliki keterkaitan yang sangat kuat dan saling mempengaruhi.
Manusia dapat merasakan empat tipe respons afektif: emosi, perasaan tertentu, mood, dan evaluasi. Setiap tipe tersebut dapat berupa respons positif atau negatif. Keempat tipe afeksi ini berbeda dalam hal pengaruhnya terhadap tubuh dan intensitas perasaan yang dirasakan. Semakin kuat intensitasnya, semakin besar pengaruh perasaan itu terhadap tubuh, misalnya terjadi peningkatan tekanan darah, kecepatan pernafasan, keluarnya air mata, atau rasa sakit di perut. Bila intensitasnya lemah, maka pengaruhnya pada tubuh tidak akan terasa.
Sistem kognisi terdiri dari lima proses mental, yaitu: memahami, mengevaluasi, merencanakan, memilih, dan berpikir. Proses memahami adalah proses menginterpretasi atau menentukan arti dari aspek tertentu yang terdapat dalam sebuah lingkungan. mengevaluasi berarti menentukan apakah sebuah aspek dalam lingkungan tertentu itu baik atau buruk, positif atau negatif, disukai atau tidak disukai. Merencanakan berarti menentukan bagaimana memecahkan sebuah masalah untuk mencapai suatu tujuan. Memilih berarti membandingkan alternatif solusi dari sebuah masalah dan menentukan alternatif terbaik, sedangkan berpikir adalah aktifitas kognisi yang terjadi dalam ke empat proses yang disebutkan sebelumnya.
Fungsi utama dari sistem kognisi adalah untuk menginterpretasi, membuat masuk akal, dan mengerti aspek tertentu dari pengalaman yang dialami konsumen. Fungsi kedua adalah memproses interpretasi menjadi sebuah task kognitif seperti mengidentifikasi sasaran dan tujuan, mengembangkan dan mengevaluasi pilihan alternatif untuk memenuhi tujuan tersebut, memilih alternatif, dan melaksanakan alternatif itu.
Besar kecilnya intensitas proses sistem kognitif berbeda-beda tergantung konsumennya, produknya, atau situasinya. Konsumen tidak selalu melakukan aktifitas kognisi secara ekstensif, dalam beberapa kasus, konsumen bahkan tidak banyak berpikir sebelum membeli sebuah produk.

Proses pengambilan keputusan pembelian
Sebelum dan sesudah melakukan pembelian, seorang konsumen akan melakukan sejumlah proses yang mendasari pengambilan keputusan, yakni:
1. Pengenalan masalah (problem recognition). Konsumen akan membeli suatu produk sebagai solusi atas permasalahan yang dihadapinya. Tanpa adanya pengenalan masalah yang muncul, konsumen tidak dapat menentukan produk yang akan dibeli.
2. Pencarian informasi (information source). Setelah memahami masalah yang ada, konsumen akan termotivasi untuk mencari informasi untuk menyelesaikan permasalahan yang ada melalui pencarian informasi. Proses pencarian informasi dapat berasal dari dalam memori (internal) dan berdasarkan pengalaman orang lain (eksternal).
3. Mengevaluasi alternatif (alternative evaluation). Setelah konsumen mendapat berbagai macam informasi, konsumen akan mengevaluasi alternatif yang ada untuk mengatasi permasalahan yang dihadapinya.
4. Keputusan pembelian (purchase decision). Setelah konsumen mengevaluasi beberapa alternatif strategis yang ada, konsumen akan membuat keputusan pembelian. Terkadang waktu yang dibutuhkan antara membuat keputusan pembelian dengan menciptakan pembelian yang aktual tidak sama dikarenakan adanya hal-hal lain yang perlu dipertimbangkan.
5. Evaluasi pasca pembelian (post-purchase evaluation) merupakan proses evaluasi yang dilakukan konsumen tidak hanya berakhir pada tahap pembuatan keputusan pembelian. Setelah membeli produk tersebut, konsumen akan melakukan evaluasi apakah produk tersebut sesuai dengan harapannya. Dalam hal ini, terjadi kepuasan dan ketidakpuasan konsumen. Konsumen akan puas jika produk tersebut sesuai dengan harapannya dan selanjutnya akan meningkatkan permintaan akan merek produk tersebut di masa depan. Sebaliknya, konsumen akan merasa tidak puas jika produk tersebut tidak sesuai dengan harapannya dan hal ini akan menurunkan permintaan konsumen di masa depan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi
Terdapat 5 faktor internal yang relevan terhadap proses pembuatan keputusan pembelian:
1. Motivasi (motivation) merupakan suatu dorongan yang ada dalam diri manusia untuk mencapai tujuan tertentu.
2. Persepsi (perception) merupakan hasil pemaknaan seseorang terhadap stimulus atau kejadian yang diterimanya berdasarkan informasi dan pengalamannya terhadap rangsangan tersebut.
3. Pembentukan sikap (attitude formation) merupakan penilaian yang ada dalam diri seseorang yang mencerminkan sikap suka/tidak suka seseorang akan suatu hal.
4. Integrasi (integration) merupakan kesatuan antara sikap dan tindakan. Integrasi merupakan respon atas sikap yang diambil. Perasaan suka akan mendorong seseorang untuk membeli dan perasaan tidak suka akan membulatkan tekad seseorang untuk tidak membeli produk tersebut.
5. Pembelajaran (learning) merupakan proses belajar yang dilakukan seseorang setelah membeli produk tersebut dengan melihat apakah produk tersebut memiliki kegunaan dan akan dijadikan sebagai alternatif dalam pembelian selanjutnya.


Referensi
1. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v (en) Duncan, Tom. 2005. Principles of Advertising & IMC, Second Edition. McGraw-Hill, Inc. Bab 5
2. ^ (en) Kincaid, Judith. 2003. Customer Relationship Management: Getting it Right. Prentice-Hall, Inc. Page 298.
3. ^ a b c http://www.consumerpsychologist.com/cb_Introduction.html
4. ^ a b c d e f Olson, Jerry and Paul Peter. 2008. Consumer Behavior & Marketing Strategy, 7th edition. New York: McGraw Hill.
5. ^ Perilaku Konsumen. Diakses 14 Mei 2010.
6. ^ Keputusan Pembelian. Diakses 14 Mei 2010.
7. ^ Proses Pengambilan Keputusan dan Perilaku Konsumen. Diakses 14 Mei 2010.

Selasa, 28 September 2010

BAB1 (Tugas Metode Riset)

PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Seiring dengan meningkatnya kebutuhan kita, perkembangan teknologi melaju
dengan pesat. Dalam memasuki era globalisasi, semakin banyak teknologi yang dapat
mempermudah manusia dalam melakukan berbagai aktivitas kehidupan. Kemajuan
dibidang transportasi, komunikasi, kesehatan, pendidikan, dan bidang lainnya
merupakan beberapa contoh bahwa kita semakin memerlukan teknologi dalamkehidupan ini. Dengan demikian, tidak diragukan lagi peranan teknologi dalam
kehidupan manusia.
Saat ini, dunia telah mengenal suatu teknologi yang dinamakan internet. Melalui
internet, semua orang dapat berkomunikasi dengan orang lain yang berada di berbagai
belahan dunia. Melalui media ini pula mereka dapat memperoleh dan menyampaikan
berbagai informasi yang dibutuhkan kapan dan dimana saja. Dengan adanya jaringan
global, internet dapat diakses 24 jam sehari. Begitu memerlukan informasi tertentu,
dalam hitungan detik kita dapat memperolehnya hanya dengan cara mengakses internet.
Dapat dibayangkan betapa besarnya peranan media internet dalam kehidupan kita.
Internet tidak hanya dapat digunakan dalam mencari informasi saja, Media internet juga digunakan oleh berbagai kalangan dalam melakukan usaha
bisnisnya melalui pembangunan Situs sebagai media promosi tentang bisnis yang
dijalankannya.
Beberapa saat terakhir ini banyak sekali Warnet (Warung internet) bermunculan, mulai dari desa hingga perkotaan, Warnet menjadi suatu jasa yang paling di butuhkan oleh orang banyak saat ini, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa pun gemar memakai jasa Warnet, tentunya dengan keperluannya masing-masing dalam menggunakkan internet.

MASALAH PENELITIAN
Sebelum memutuskan untuk memilih Warnet konsumen menilai fasilitas yang ada pada Warnet. Jika fasilitas yang diinginkan pada Warnet tersebut diketahui secara tepat maka pemilik Warnet dapat Menyediakan fasilitas Warnet sesuai dengan kebutuhan konsumennya. Yang menjadi permasalahan, adalah seberapa besar tingkat kepentingan fasilitas yang menimbulkan kecenderungan minat konsumen dalam memakai jasa Warnet.

BATASAN MASALAH
Secara umum, pengguna jasa Warnet dapat dibedakan menjadi dua kategori sebagai berikut:
1.) Pengguna yang menggunakan jasa Warnet untuk browsing intenet
2.) Pengguna yang menggunakan jasa Warnet untuk game online
3.) Pengguna yang menggunakan jasa Warnet untuk pengetikan/tugas
Untuk mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi kecendrungan minat konsumen dalam memakai jasa warnet, maka penilitian akan di fokuskan pada kategori pertama dan kedua saja, dan hanya warnet di daerah bekasi saja.

TUJUAN PENELITIAN
Secara umum, tujuan penelitian adalah untuk mengetahui kecenderungan perilaku konsumen dalam memilih Warnet. Secara khusus yang menjadi tujuan penelitian, yaitu:
1) Untuk mengetahui faktor-faktor yang menimbulkan kecenderungan minat konsumen
dalam memilih jasa Warnet,
2) Untuk mengetahui faktor-faktor yang dominan yang menimbulkan kecenderungan minat konsumen dalam memilih jasa Warnet.

KERANGKA PEMIKIRAN
(a) Ujianto Abdurachman (2004) melakukan penelitian yang berjudul Analisis Faktor-Faktor yang Menimbulkan Kecenderungan Minat Beli
Konsumen Sarung, menyimpulkan bahwa Faktor-faktor yang menimbulkan minat beli konsumen terhadap produk sarung adalah
Faktor Kualitas, 24,30 %, terdiri dari jahitan kuat dan rapi, tidak mudah pudar dan luntur,
tidak mudah kusut, nyaman dipakai, awet dan tidak mudah koyak, motif kotak-kotak,
kainnya halus, pilihannya lengkap. Faktor Acuan, 18,55 %, terdiri dari: pejabat terkenal,
bintang film yang cakep, ulama / kyai / tokoh idola, sarung yang tebal, anggota keluarga,
teman kolega. Faktor Merek dan Warna 7,95 % terdiri dari: pertimbangan merek, merek
terkenal, merek tertentu, mempertimbangkan tempat pembelian, membeli ditempat terkenal,
kombinasi warna yang cemerlang, harga yang sebanding dengan kualitasnya. Faktor
Kemasan dan Harga 5,89 % terdiri dari: manfaat kemasan, bentuk dan desain kemasan,
bahan kemasannya tahan lama, membanding-bandingkan harga, harga dasarnya murah.
Faktor Diskon dan Hadiah tingkat kepentingan 4,96 % terdiri dari: mendapatkan discount
harga, pembelian berhadiah. Faktor Ketersediaan 4,44 % terdiri dari satu variabel saja,
yaitu : membeli di toko / pasar terdekat.

(b) Lia Natalia (2007) melakukan penelitian yang berjudul Analisis Faktor Persepsi Yang Mempengaruhi Minat Konsumen Untuk Berbelanja Pada Giant Hypermarkett Bekasi, menyimpulkan bahwa Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa secara bersama-sama variabel lokasi, kelengkapan produk, kualitas produk, harga, pelayanan, kenyamanan berbelanja dan promosi berpengaruh terhadap minat konsumen untuk berbelanja. Variabel lokasi, kelengkapan produk, kualitas produk, harga dan promosi berpengaruh secara signifikan terhadap minat konsumen untuk berbelanja, sedangkan variabel pelayanan dan kenyamanan berbelanja tidak berpengaruhterhadap minat konsumen untuk berbelanja. Sedangkan variabel yang paling dominan terhadap minat konsumen untuk berbelanja adalah promosi.
Tentunya hal ini memberikan implikasi manajerial yang penting pada pihak manajemen bisnis eceran untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang dapat memengaruhi minat konsumen untuk berbelanja. Diharapkan bagi peneliti selanjutnya agar memperbanyak variabel atau menambah jumlah responden agar hasil penelitian lebih akurat, serta membandingkan dua atau lebih ritel yang diteliti agar tampak ritel mana yang paling diminati dan dari segi apa konsumen lebih meminati ritel tersebut. Untuk variabel pelayanan dan kenyaman tempat berbelanja sebaiknya tidak digunakan untuk melakukan penelitian karena kedua variabel tersebut tidak memengaruhi minat konsumen untuk berbelanja, kecuali jika peneliti ingin membandingkan dua atau lebih objek penelitian.

(c) Ritawati Tedjakusuma, Sri Hartini, Muryani (2001) melakukan penelitian yang berjudul Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konsumen Dalam Pembelian Air Minum Mineral Di Kotamadya Surabaya, menyimpulkan bahwa Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen dalam pembelian air minum
mineral
Analisis hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa variabel-variabel secara
bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap perilaku konsumen. Ini bisa dilihat
dari nilai Fh (34,677) lebih besar dari Ft (= 2,14).
Hubungan antara variabel-variabel bebas terhadap variabel tergantung
menunjukkan hubungan yang erat (72,03%). Koefisien determinasi berganda sebesar
51,88% menunjukkan bahwa perilaku konsumen dijelaskan oleh pendidikan,
penghasilan, harga, kualitas, distribusi dan promosi sebesar 51,88%. Sedangkan
48,12% ditentukan oleh variabel diluar model.
Tingginya pengaruh di luar model karena benyaknya sebab faktor-faktor yang
mempengaruhi perilaku konsumen (pembelian ulang) yaitu: (a) faktor sosial, budaya; (b) Faktor referensi (misal keluarga, teman); (c) Faktor psikologis, (motivasi,
sikap, kebudayaan, persepsi); (d) Kepuasan di masa lalu.



JUDUL
Analisis Faktor-Faktor yang Menimbulkan Kecenderungan Minat Beli Konsumen Warnet
(Studi Perilaku Konsumen Warnet di Bekasi)

Review Juarnal

REVIEW JURNAL

MASALAH

Sebelum memutuskan untuk membeli konsumen menilai faktor-faktor atribut produk sarung
yang layak dibeli. Jika faktor-faktor tersebut diketahui secara tepat maka produsen dapat
membuat produk sarung sesuai dengan kebutuhan konsumennya. Yang menjadi permasalahan
adalah seberapa besar tingkat kepentingan faktor-faktor yang menimbulkan kecenderungan
minat beli konsumen.
Tiap-tiap faktor terdiri dari beberapa variabel yang dapat dieksplor untuk mengetahui
persepsi konsumen dalam memilih produknya.

JUDUL
Analisis Faktor-Faktor yang Menimbulkan Kecenderungan Minat Beli
Konsumen Sarung (Studi Perilaku Konsumen Sarung di Jawa Timur).

Oleh : Ujianto Abdurachman
Tahun penulisan : 2004

LATAR BELAKANG
Sarung merupakan salah satu pakaian bangsa Indonesia yang masih eksis hingga kini.
Atribut produk segala jenis busana pada umumnya berhubungan dengan budaya dan adat
istiadat komunitas pemakainya. Demikian pula dengan sarung, atributnya sangat dipengaruhi
oleh budaya masyarakat Indonesia.
Di manca negara, sarung juga banyak digunakan di negara-negara Asia, seperti Malaysia,
Brunei, Kamboja, India dan Pakistan, serta telah di perkenalkan kepada orang-orang di belahan
Timur Tengah, sehingga industri sarung lebih menarik untuk dikelola dan diekspor. Sarung juga
memiliki daya tarik tersendiri untuk dikembangkan, karena potensi bangsa Indonesia sebagai
produsen dan konsumen sehingga dapat ikut mengembangkan perekonomian bangsa serta
sarung bisa merupakan salah satu komoditas ekspor.
Secara umum, pengguna sarung dapat dibedakan menjadi tiga kategori sebagai berikut:
1) Pengguna yang menggunakan sarung sebagai pakaian sehari-hari, baik pada acara resmi
ataupun pada kondisi santai,
2) Pengguna sarung yang menggunakan sarung hanya sebagai pakaian santai saja,
3) Pengguna sarung untuk pakaian insidentil.
Untuk memperoleh gambaran yang representative dari konsumen sarung, maka penelitian
akan difokuskan untuk meneliti bagi pengguna sarung kategori pertama dan kedua saja.

TUJUAN
Secara umum, tujuan penelitian adalah untuk mengetahui kecenderungan perilaku
konsumen dalam memilih produk sarung. Secara khusus yang menjadi tujuan penelitian, yaitu:
1) Untuk mengetahui faktor-faktor yang menimbulkan kecenderungan minat beli konsumen
dalam memilih produk sarung,
2) Untuk mengetahui faktor-faktor yang dominan yang menimbulkan kecenderungan minat beli
konsumen dalam memilih produk sarung.

METODELOGI
a. Populasi
Populasi yang menjadi target penelitian adalah para konsumen yang tinggal di Kabupaten
Gresik dan Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur. Pemilihan kedua kabupaten tersebut karena sama-sama merupakan kota santri, sehingga diharapkan relatif tidak sulit untuk mendapatkan
responden yang memenuhi syarat kriteria konsumen penelitian.
b. Sampel
Mengingat besarnya populasi obyek penelitian maka untuk memudahkan penelitian, karena
terbatasnya waktu, maka diambil 120 sampel (Gresik 50 dan Pasuruan 60), dengan
pengambilan sampel menggunakan cara nonprobability purpossive sampling.
c. Definisi Operasional Variabel Penelitian
Variabel Penelitian
Konfirmasi dilakukan terhadap atribut produk yang dipersepsikan oleh konsumen, yang
dikelompokkan dalam faktor-faktor tertentu yang dianalisis. Dalam faktor analisis bukan
perbedaan antara dependent variable (variabel tergantung/terikat) dan independent variable
(variabel bebas), tetapi tergantung antara variabel-variabel yang diperiksa untuk
memperkenalkan dimensi-dimensi atau faktor-faktornya. Karena variabel satu dengan yang
lainnya saling berketergantungan, maka semua variabel merupakan interdependent variable.
Definisi Operasional
Penelitian ini menggunakan analisis faktor, yaitu mengkonfirmasi minat beli konsumen
sarung dengan identifikasi faktor-faktor sebegai berikut :
Faktor Kualitas, merupakan atribut produk yang dipertimbangkan dari segi manfaat
fisiknya, terdiri dari variabel : Kehalusan kain, ketebalan kain, corak / motif sarung,
kombinasi warna yang cemerlang, ketahanan dari kekusutan, warnanya tidak mudah pudar
dan luntur, jahitannya rapi dan kuat, terasa nyaman waktu dipakai, bahannya kuat /tidak
mudah koyak.
Faktor Brand / Merek, merupakan atribut yang memberikan manfaat non materiel, yaitu
kepuasan emosional, terdiri dari variabel: mempertimbangkan merek sebelum membeli
sarung, memilih merek sarung tertentu, memilih merek sarung yang terkenal.
Faktor Kemasan, atribut produk berupa pembungkus daripada produk utamanya, yang
terdiri dari variabel: memilih sarung yang bentuk dan disain kemasannya indah, memilih
sarung yang bahan kemasannya tahan lama, memilih sarung yang kemasannya dapat
dimanfaatkan.
Faktor Harga, pengorbanan riel dan materiel yang diberikan oleh konsumen untuk
memperoleh atau memiliki produk, dengan mempertimbangkan variabel: membandingbandingkan
harga sebelum membeli sarung, memilih sarung yang harga dasarnya murah,
memilih sarung yang harganya sebanding dengan kualitasnya, memilih sarung yang
mendapat discount harga, memilih sarung yang mendapat hadiah pembelian.
Faktor ketersediaan barang merupakan sejauhmana sikap konsumen terhadap ketersediaan
produk sarung yang ada, yang terdiri dari variabel: mempertimbangkan tempat untuk
membeli sarung, memilih untuk membeli sarung di toko/pasar yang terkenal, memilih untuk
membeli di toko/pasar yang terdekat, memilih untuk membeli sarung di di toko/pasar yang
lengkap pilihannya.
Faktor Acuan, merupakan pengaruh dari luar yang ikut memberikan rangsangan bagi
konsumen dalam memilih sarung, sehingga dapat pula dipakai sebagai media promosi.
Terdiri dari variabel: memilih sarung yang dipakai oleh ulama / kyai / tokoh idola, memilih
sarung yang dipakai oleh pejabat yang terkenal, memilih sarung yang dipakai oleh bintang film yang cakep, memilih sarung yang dianjurkan oleh anggota keluarga, memilih sarung
yang digunakan oleh teman-teman sekolega.
Pada semua faktor, responden diminta menjawab pertanyaannya dengan memilih salah satu
jawaban pada 6 skala Likert, dengan maksud agar konsumen lebih tegas dalam memilih
kecenderungannya dan bersikap ragu-ragu (netral).

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
1) Faktor-faktor yang menimbulkan minat beli konsumen terhadap produk sarung adalah
Faktor Kualitas, 24,30 %, terdiri dari jahitan kuat dan rapi, tidak mudah pudar dan luntur,
tidak mudah kusut, nyaman dipakai, awet dan tidak mudah koyak, motif kotak-kotak,
kainnya halus, pilihannya lengkap. Faktor Acuan, 18,55 %, terdiri dari: pejabat terkenal,
bintang film yang cakep, ulama / kyai / tokoh idola, sarung yang tebal, anggota keluarga,
teman kolega. Faktor Merek dan Warna 7,95 % terdiri dari: pertimbangan merek, merek
terkenal, merek tertentu, mempertimbangkan tempat pembelian, membeli ditempat terkenal,
kombinasi warna yang cemerlang, harga yang sebanding dengan kualitasnya. Faktor
Kemasan dan Harga 5,89 % terdiri dari: manfaat kemasan, bentuk dan desain kemasan,
bahan kemasannya tahan lama, membanding-bandingkan harga, harga dasarnya murah.
Faktor Diskon dan Hadiah tingkat kepentingan 4,96 % terdiri dari: mendapatkan discount
harga, pembelian berhadiah. Faktor Ketersediaan 4,44 % terdiri dari satu variabel saja,
yaitu : membeli di toko / pasar terdekat.
2) Faktor paling dominan yang menimbulkan kecenderungan minat beli konsumen sarung
adalah Faktor Kualitas dan Faktor Acuan.
3) Konsumen sarung lebih cenderung untuk memilih sarung yang nyata manfaat fisik
produknya yang menunjukkan bahwa tolok ukur value produk sarung bagi konsumen adalah
variabel-variabel yang masuk dalam Faktor Kualitas tersebut diatas.
Saran-Saran
Dari hasil penelitian ada beberapa yang disampaikan sebagai saran-saran, adalah :
1) Agar produk yang ditawarkan sesuai dengan kebutuhan konsumen, maka disarankan bagi
produsen untuk membuat produk dengan meningkatkan variabel-variabel kualitas,
kemudian mengkomunikasikannya dengan memanfaatkan figure acuan.
2) Agar merek dapat lebih dikenal oleh konsumen, disarankan untuk melakukan inovasi
kombinasi warna sarung sebagai differenciate.
3) Untuk dapat mempertahankan/meningkatkan harga, disarankan melakukan inovasi kemasan
yang bermanfaat dengan bentuk dan desain yang indah
4) Bagi peneliti selanjutnya, hasil penelitian ini masih bisa diteruskan dengan mengembangkan
penelitian-penelitian lainnya, yaitu :
•Penelitian untuk mengungkap lebih jauh variabel-variabel yang telah diteliti, misalnya :
jenis dan bahan kemasan yang disukai konsumen sarung, apa saja kegunaan kemasan bagi
konsumen, media promosi dan saluran distribusi yang tepat untuk mencapai konsumen
sarung, persepsi konsumen tentang merek-merek yang dikenal, dan lain sebagainya.
•Penelitian untuk mengetahui apakah ada perbedaan yang signifikan antara golongan usia,
status perkawinan, pendidikan, sosial ekonomi, geographis, dalam memilih produk
sarung, dengan variabel-variabel yang telah dianalisis dalam penelitian sebagai dependen
variabel.



REVIEW JURNAL

MASALAH

Dalam memilih toko (ritel), konsumen memiliki kriteria evaluasi diantaranya adalah faktor lokasi, kelengkapan produk, kualitas produk, harga, pelayanan, kenyamanan berbelanja dan promosi. Hal tersebut menjadikan faktor yang sangat penting dan harus diperhatikan produsen karena akan menjadi bahan pertimbangan bagi konsumen untuk memilih toko mana yang akan didatangi konsumen.

JUDUL
ANALISIS FAKTOR PERSEPSI YANG MEMENGARUHI
MINAT KONSUMEN UNTUK BERBELANJA
PADA GIANT HYPERMARKET BEKASI

Oleh : Lia Natalia
Tahun penulisan : 2007

LATAR BELAKANG
Pasar modern (ritel) yang berkembang sekarang ini memberikan banyak alternatif pada konsumen sebagai tempat untuk berbelanja. Alternatif yang begitu banyak menyebabkan pasar modern (ritel) harus memperhatikan berbagai faktor, salah satu diantaranya adalah faktor persepsi konsumen yang memengaruhi perilaku konsumen untuk mengambil keputusan memilih tempat berbelanja yang menurut mereka yang terbaik, dan keputusan yang dibuat oleh konsumen akan menentukan kesuksesan sebuah pasar modern (ritel). Penelitian ini dilakukan untuk menguji pengaruh dari lokasi, kelengkapan produk, kualitas produk, harga, pelayanan, kenyamanan berbelanja dan promosi secara bersama maupun secara parsial terhadap minat konsumen untuk berbelanja dan untuk menganalisis variabel manakah yang paling dominan dalam memengaruhi minat konsumen untuk berbelanja.

TUJUAN
Penelitian ini dilakukan untuk menguji pengaruh dari lokasi, kelengkapan produk, kualitas produk, harga, pelayanan, kenyamanan dalam berbelanja dan promosi secara bersama maupun secara parsial terhadap minat konsumen untuk berbelanja dan untuk menganalisis variabel manakah yang paling dominan dalam memengaruhi minat konsumen untuk berbelanja. Populasi penelitian adalah para pengunjung Giant Hypermarket yang berada di Kota Bekasi Barat.

METODELOGI
Data penelitian merupakan data primer. Data dikumpulkan menggunakan instrument penelitian kuesioner. Kuesioner dikembangkan untuk mengukur faktor persepsi konsumen yang diteliti terhadap minat konsumen untuk berbelanja. Uji validitas dan reliabilitas terlebih dahulu digunakan untuk menguji validitas dan reliabilitas kuesioner. Variabel yang diteliti yaitu lokasi, harga, kelengkapan produk, kualitas produk, pelayanan, kenyamanan berbelanja dan promosi.



SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa secara bersama-sama variabel lokasi, kelengkapan produk, kualitas produk, harga, pelayanan, kenyamanan berbelanja dan promosi berpengaruh terhadap minat konsumen untuk berbelanja. Variabel lokasi, kelengkapan produk, kualitas produk, harga dan promosi berpengaruh secara signifikan terhadap minat konsumen untuk berbelanja, sedangkan variabel pelayanan dan kenyamanan berbelanja tidak berpengaruh terhadap minat konsumen untuk berbelanja. Sedangkan variabel yang paling dominan terhadap minat konsumen untuk berbelanja adalah promosi.
Saran
Tentunya hal ini memberikan implikasi manajerial yang penting pada pihak manajemen bisnis eceran untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang dapat memengaruhi minat konsumen untuk berbelanja. Diharapkan bagi peneliti selanjutnya agar memperbanyak variabel atau menambah jumlah responden agar hasil penelitian lebih akurat, serta membandingkan dua atau lebih ritel yang diteliti agar tampak ritel mana yang paling diminati dan dari segi apa konsumen lebih meminati ritel tersebut. Untuk variabel pelayanan dan kenyaman tempat berbelanja sebaiknya tidak digunakan untuk melakukan penelitian karena kedua variabel tersebut tidak memengaruhi minat konsumen untuk berbelanja, kecuali jika peneliti ingin membandingkan dua atau lebih objek penelitian.



REVIEW JURNAL

MASALAH

(1) Apakah faktor-faktor individual consumer yang terdiri dari pendidikan,
penghasilan dan faktor-faktor marketing strategies yang terdiri dari harga, kualitas,
distribusi dan promosi secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang bermakna
terhadap perilaku konsumen dalam melakukan pembelian air minum mineral di
Kotamadya Surabaya; (2) Di antara faktor-faktor tersebut di atas, faktor mana yang
mempunyai pengaruh dominan dalam pembelian air minum mineral di Kotamadya
Surabaya.

JUDUL
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PERILAKU KONSUMEN DALAM PEMBELIAN AIR MINUM
MINERAL DI KOTAMADYA SURABAYA

Oleh : Ritawati Tedjakusuma, Sri Hartini, Muryani
Tahun penulisan : 2001

LATAR BELAKANG
Perkembangan bidang industri yang semakin pesat terutama di kota Surabaya, akan
membawa dampak yang cukup komplek bagi lingkungan perusahaan sendiri,
maupun lingkungan sekitarnya, di antaranya adalah masalah polusi. Bila tidak
diawasi dengan ketat mengenai limbah industri tersebut, maka timbul polusi baik
udara maupun air yang cukup besar.
Mengenai masalah air, melalui Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM), pemerintah
telah berusaha menyediakan dan memenuhi kebutuhan air minum yang bersih,
bebas polusi, tetapi kenyataannya sampai saat ini banyak dijumpai air leideng yang
keruh karena masih banyak perusahaan membuang limbahnya ke sungai tanpa
diproses lebih dulu.
Melihat kondisi ini, banyak perusahaan yang berusaha memanfaatkan peluang
untuk memproduksi air minum yang benar-benar bersih, bebas polusi dan
menyehatkan dalam bentuk gelas, botol dan galon, dengan menggunakan merk
seperti Aqua, Club, Total, Ades, Aquase dan Cheer.
Dari kondisi tersebut di atas, dan semakin tingginya tingkat pendidikan dan
kesadaran masyarakat terhadap kesehatan, maka membawa pengaruh terhadap
perilaku konsumen dalam mengkonsumsi air mineral. Di samping itu konsumen
memiliki kebebasan dalam memilih produk. Untuk itu produsen memerlukan
strategi dengan tujuan mencapai keunggulan bersaing dan memerlukan informasi
tentang faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen dalam melakukan
pembelian suatu produk.
Menurut Essael (1987: 11) ada tiga faktor yang mempengaruhi pengambilan
keputusan konsumen yaitu: (1) faktor individual konsumen yang meliputi
pendidikan dan penghasilan konsumen; (2) pengaruh lingkungan; (3) strategi
pemasaran. Strategi pemasaran merupakan variabel yang dapat dikontrol oleh
pemasar dalam usaha memberi informasi dan mempengaruhi konsumen. Variabel
ini adalah produk, harga, distribusi dan promosi.
Perubahan sosial ekonomi mempengaruhi perilaku konsumen dalam membeli, baik
untuk kebutuhan primer maupun sekunder. Perubahan sosial ekonomi meliputi
pendapatan dan tingkat pendidikan yang merupakan karakteristik pembeli.
Terdapat korelasi langsung antara tingkat pendidikan, pendapatan dan kemampuan
membeli seseorang. Pendidikan secara langsung berkaitan dengan kemampuan
membeli karena terdapat korelasi yang kuat antara pendidikan dan pendapatan.
Pendidikan mempengaruhi konsumen dalam membuat keputusan, konsumen yang
pendidikannya tinggi mempunyai pandangan yang berbeda terhadap alternatif
merk dan harga dibandingkan dengan konsumen berpendidikan yang lebih rendah.
Untuk melakukan pembelian, konsumen tidak terlepas dari karakteristik produk
baik mengenai penampilan, gaya, mutu dan harga dari produk tersebut. Penetapan
harga oleh penjual akan berpengaruh terhadap perilaku pembelian konsumen, sebab
harga yang dapat dijangkau oleh konsumen akan cenderung membuat konsumen
melakukan pembelian terhadap produk tersebut.
Karakteristik penjual akan mempengaruhi keputusan membeli. Dalam hal ini
konsumen akan menilai mengenai penjual, baik mengenai pelayanan, mudahnya
memperoleh produk dan sikap ramah dari penjual.
Apabila manajer telah memiliki informasi sejauh mana variabel-variabel perilaku
tersebut berpengaruh terhadap pembelian, maka manajer dapat memilih bauran
pemasaran yang tepat. Perusahaan saat ini berupaya untuk mrngembangkan
berbagai variabel bauran pemasaran. Pertama: dari segi produk manajer terusmenerus
mencari dan mengembangkan produk yang sesuai dengan keinginan
konsumen. Kedua: dari segi harga, manajer berusaha menentukan harga yang bisa
terjangkau oleh semua lapisan masyarakat. Ketiga: dari segi distribusi, manajer
memberikan pelayanan sebaik mungkin, sehingga mudah diperoleh konsumen.
Keempat: dari segi promosi, manajer bisa menyampaikan informasi melalui iklan
maupun promosi penjualan.
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan, pentingnya analisis faktor yang
mempengaruhi perilaku konsumen terhadap keputusan membeli dari suatu produk
tertentu. Untuk dapat mengantisipasi pesatnya persaingan yang dihadapi
perusahaan air minum mineral di Kotamadya Surabaya agar dapat
mempertahankan eksistensinya, maka dipandang perlu diadakan penelitian sejauh
mana faktor-faktor perilaku konsumen berpengaruh terhadap keputusan pembelian
air minum mineral tersebut.

TUJUAN
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh secara bersamaan faktor pendidikan
konsumen bersama dengan harga, kualitas, distribusi, dan promosi minum mineral
air terhadap perilaku konsumen dalam pembelian air mineral, dan untuk mengidentifikasi apa
faktor yang memiliki pengaruh dominan pada perilaku konsumen dalam pembelian air mineral di
Surabaya.
Setelah pemeriksaan 200 responden dengan menggunakan metode regresi linier,
penelitian ini menemukan bahwa: (1) Nilai Fhitung adalah 34,677, artinya lebih besar dari Ftabel (2.14).
Hal ini menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan berbarengan faktor pendidikan
konsumen bersama dengan harga, kualitas, distribusi, dan promosi minum mineral
air terhadap perilaku konsumen dalam pembelian air mineral di Surabaya. Dengan demikian,
hipotesis pertama diterima. (2) Diantara variabel independen yang dikaji,
harga memiliki pengaruh yang dominan dan signifikan terhadap perilaku konsumen dalam pembelian mineral
minum air. Dengan demikian, hipotesis kedua diterima. (3) Dilihat dari pengaruh
faktor individu pada perilaku konsumen dalam pembelian air minum mineral, maka:
(A) Harga mempunyai pengaruh yang signifikan dari 12,15% pada pembelian air minum mineral.
(B) Pendidikan dan penghasilan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pembelian air minum mineral
air. (C) Kualitas, distribusi, dan promosi mempunyai pengaruh yang signifikan tetapi sedikit pada
pembelian air minum mineral.
Temuan menunjukkan harga yang memiliki efek sangat signifikan. Oleh karena itu, perusahaan harus
bawa ke account terlebih dahulu karena ada terjadi persaingan yang ketat antara minum mineral
air produsen. Selain itu, temuan ini menunjukkan bahwa perusahaan lebih memperhatikan
faktor pendidikan, penghasilan, kualitas, distribusi dan promosi, karena faktor-faktor ini bisa
meningkatkan volume pembelian air minum mineral.

METODELOGI
Berdasarkan rumusan masalah dan kajian teoritis yang telah dikemukakan pada
bagian sebelumnya, maka diajukan beberapa hipotesis: (1) Faktor-faktor pendidikan,
penghasilan, harga, kualitas, distribusi dan promosi secara bersama-sama
mempunyai pengaruh yang bermakna terhadap perilaku konsumen dalam
melakukan pembelian air minum mineral di Kotamadya Surabaya; (2) Faktor harga
merupakan faktor yang dominan mempengaruhi perilaku konsumen dalam
melakukan pembelian air minum mineral di Kotamadya Surabaya.


Variabel tergantung (Y) adalah perilaku konsumen dalam pembelian air minum
mineral.
Variabel bebas (X) adalah variabel-variabel yang mempengaruhi perilaku konsumen
meliputi: (1) Faktor pendidikan, (2) penghasilan, (3) harga, (4) kualitas, (5) distribusi,
dan (6) Promosi.
Variabel tergantung yaitu perilaku konsumen (Y) adalah berapa kali seorang
konsumen melakukan pembelian ulang terhadap air minum mineral, dalam suatu
periode waktu tertentu (dalam waktu 3 bulan terakhir) dalam bentuk galon.
Variabel bebas (X) yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen
dalam pembelian air minum mineral, dirinci menjadi enam variabel yang meliputi:
1. Faktor pendidikan (X1) adalah penilaian terhadap pendidikan dari responden,
yang indikatornya adalah pendidikan formal terakhir yang mereka miliki, yang
dinyatakan dengan skoring menurut Skala Libert.
2. Faktor penghasilan (X2) adalah penghasilan bersih perbulan yang diterima oleh
responden (ayah/ibu) atau pendapatan pribadi bagi yang masih sendiri
(bujang/gadis) dalam rupiah, selanjutnya dikelompokkan dalam 5 kelompok
penghasilan, dan diukur menurut Skala Likert. Lima kelompok penghasilan
sebagai berikut:
a. Rp 500.000 - < Rp 700.000 mendapat nilai 1
b. Rp 700.000 - < Rp 900.000 mendapat nilai 2
c. Rp 900.000 - < Rp 1.100.000 mendapat nilai 3
d. Rp 1.100.000 - < Rp 1.300.000 mendapat nilai 4
e. lebih dari Rp 1.300.000 mendapat nilai 5
3. Faktor harga (X3) adalah tanggapan responden terhadap harga air minum
mineral dengan indikator:
a. Pendapat terhadap harga air minum mineral.
b. Harga menjadi pertimbangan yang menentukan.
4. Faktor Kualitas (X4) adalah tanggapan responden terhadap kualitas air minum
mineral yang diukur menurut Skala Likert.
5. Faktor distribusi (X5) adalah tanggapan responden dalam hal kemudahan
memperoleh air minum mineral dengan indikator :
a. Mudah/tidak proses pembelian yang dilakukan oleh responden.
b. Pelayanan yang diberikan oleh responden.
c. Jauh/dekat tempat untuk memperoleh air minum mineral
Semuanya diukur menurut Skala Likert.
6. Faktor promosi (X6) adalah tanggapan responden terhadap promosi penjualan
yang dilakukan oleh penjual air minum mineral, diukur menurut Skala Likert
dengan indikator :
a. Sikap responden terhadap promosi air minum mineral.
b. Ingin membeli pada saat mengetahui adanya promosi air minum mineral.
Populasi penelitian adalah konsumen yang melakukan konsumsi air minum mineral
dalam bentuk galon.
Metode penarikan ini dinamakan metode Incidental Sampling, yaitu responden yang
kebetulan dijumpai atau dapat dijumpai. Jumlah responden yang akan diambil
sebanyak 200 orang.
Jenis sumber data: (a) Data primer adalah data yang diperoleh dengan mengadakan
wawancara langsung dengan responden berdasarkan daftar pertanyaan; dan (b)
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari Kantor Statistik Jatim.
Cara mengumpulkan data: (a) Wawancara, yaitu mengadakan tanya-jawab dengan
responden maupun pihak-pihak yang terkait; dan (b) Kuesioner, yaitu dengan
mengirim daftar pertanyaan untuk diisi oleh responden, disini responden diminta
memberikan pendapat atau jawaban pertanyaan-pertanyaan.
Model analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah model regresi linier
berganda, yaitu:
Y = B0 + B1X1 + B2X2 + B3X3 + B4X4 + B5X5 + B6X6 + e
Keterangan :
Y = perilaku konsumen; B0 = intersep; B1 s.d B6 = koefisien regresi yang akan dihitung;
X1 = pendidikan; X2 penghasilan; X3 = harga; X4 = kualitas; X5 = distribusi; X6 = promosi dan
e = variabel pengganggu.
Model analisis ini dipilih untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel-variabel
bebas terhadap perilaku konsumen air minum mineral baik secara bersama-sama
maupun secara partial.
Dalam penggunaan model analisis regresi linier berganda agar dihasilkan Best Linier
Unbiased Estimator (BLUE) harus dilakukan evaluasi ekonometri. Evaluasi ini
dimaksudkan untuk mengetahui apakah penggunaan model regresi linier berganda
sebagai alat analisis telah memenuhi beberapa asumsi klasik, yaitu uji
multikolinieritas, uji heterokedastisitas dan uji auto korelasi.

Proses selanjutnya adalah melakukan pembuktian hipotesis dengan teknik analisis
sebagai berikut :
1. Pengujian hipotesis pertama yaitu regresi secara Simultan (Uji F)
Uji simultan digunakan untuk mengetahui apakah variabel bebas secara
bersama-sama berpengaruh secara nyata atau tidak terhadap variabel tidak
bebas dengan rumus hipotesis :
Ho : βi = 0, artinya variabel bebas tidak menjelaskan variabel tidak bebas.
Ha : βi ≠ 0, artinya variabel bebas menjelaskan variabel tidak bebas.
Fhitung dibandingkan dengan Ftabel pada derajat signifikan 5%. Bila Fhitung ≥ Ftabel,
maka Ho ditolak dan Ha diterima. Ini menjelaskan bahwa variabel bebas
berpengaruh sangat kuat terhadap prestasi kerja karyawan. Bila Fhitung ≤ Ftabel,
maka Ho diterima dan Ho ditolak, ini berarti variabel bebas tidak berpengaruh
terhadap prestasi kerja karyawan.
Untuk melihat kemampuan variabel bebas dalam menerangkan variabel tidak
bebasnya dapat diketahui dengan melihat koefisien diterminasi berganda (R).
Bila R mendekati 1, maka sumbangan variabel bebas terhadap variabel
tergantung semakin besar. Bila R mendekati 0 (nol), berarti sumbangan dari
variabel bebas terhadap variabel tergantung semakin lemah.
2. Pengujian hipotesis kedua yaitu Uji Regresi secara Partial (Uji t)
Uji t dilakukan untuk mengetahui pengaruh dari masing-masing variabel bebas
terhadap tergantung, dengan rumusan hipotesa:
Ho : βi = 0, artinya variabel bebas secara parsial tidak mempunyai pengaruh
signifikan terhadap variabel tidak bebas.
Ha : βi ≠ 0, artinya variabel bebas secara parsial mempunyai pengaruh signifikan
terhadap variabel tidak bebas.
Pengujian dilakukan dengan membandingkan nilai thitung masing-masing
variabel bebas dengan t-tabel pada signifikan 5%.
Bila nilai thitung ≥ ttabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima, berarti variabel bebas
memberikan pengaruh yang sangat kuat terhadap prestasi kerja karyawan.
Sebaliknya jika thitung ≤ ttabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak, berarti secara
partial tidak memberikan pengaruh yang bermakna terhadap prestasi kerja
karyawan.

HASIL
Untuk mengetahui pengaruh faktor pendidikan, faktor penghasilan, faktor harga,
faktor kualitas, faktor distribusi dan faktor promosi secara bersama-sama terhadap
perilaku konsumen air minum mineral, digunakan analisis kuantitatif dengan
metode regresi linier berganda, dan hasilnya dapat dilihat sebagai berikut :


Hasil persamaan regresi adalah :
Y = 2,2281 + 0,9824 X1 + 0,7288 X2 – 1,2899 X3 + 0,6920 X4 + 0,8037 X5 + 0,7757 X6.
Berdasarkan Tabel 1, faktor pendidikan, faktor penghasilan, faktor kualitas, faktor
distribusi dan faktor promosi mempunyai hubungan positif dengan perilaku
konsumen, sedangkan faktor harga mempunyai hubungan negatif dengan perilaku
konsumen.
Hubungan positif ini menunjukkan bahwa faktor pendidikan, faktor penghasilan,
faktor kualitas, faktor distribusi dan faktor promosi berubah searah dengan
perubahan perilaku konsumen air minum mineral. Hubungan negatif menunjukkan
bahwa faktor harga berubah berlawanan arah dengan perubahan perilaku
konsumen air minum mineral.
Dengan membandingkan antara t-hitung masing-masing variabel bebas ternyata
thitung > ttabel, berarti variabel-variabel bebas mempunyai pengaruh yang bermakna
terhadap variabel tergantung.
Sebelum dilakukan pengujian terhadap hipotesis yang diajukan perlu dilakukan
evaluasi ekonometri terhadap model persamaan regresi agar memenuhi syarat
sebagai Best Linier Un beased Estimator (BLUE).

a. Uji Multikolinieritas. Dalam penelitian ini terbukti tidak terdapat
multikolinieritas, karena koefisien korelasi antara variabel bebas di bawah 0,08.
b. Uji Heteroskedastisitas. Dalam penelitian ini, korelasi dari masing-masing
variabel bebas dengan variabel residual masih di bawah 0,80. Jadi bisa ditoleransi
dari model analisis regresi yang ditemukan ini dapat digunakan untuk estimasi
pengambilan keputusan.
c. Uji Autokorelasi. Dalam penelitian ini untuk mendeteksi terjadinya autokorelasi
digunakan metode uji Durbin Watson, diperoleh hasil uji D-W sebesar 1,9970. Ini
berarti berada pada daerah tidak ada autokorelasi. Dengan demikian melalui
evaluasi ekonomitrika telah terpenuhi tiga syarat asumsi klasik, sehingga model
telah dapat digunakan untuk melakukan estimasi dengan analisis regresi linier
berganda terhadap keadaan masa mendatang dan masa lalu.
Pengujian Hipotesis I (uji F) atau Pengujian Hipotesis Pertama
Berdasarkan hasil perhitungan regresi berganda, nilai Fhitung = 34,67 berarti lebih
besar dari Ftabel sebesar 2,14 dengan probabilitas 0,000 < 0,005. Dilihat dari besarnya
kontribusi seluruh variabel bebas terhadap variabel tergantung adalah sebesar (R2)
0,5188 atau 51,88%, ternyata faktor-faktor pendidikan, penghasilan, harga, kualitas,
dan promosi mempunyai pengaruh yang bermakna terhadap perilaku konsumen air
minum mineral. Ini berarti hipotesis pertama terbukti.
Uji Parsial II (uji t) atau Pengujian Hipotesis Kedua
Dari keenam variabel bebas, berdasarkan angka-angka r2 parsial mempunyai
kontribusi paling tinggi adalah variabel harga. Jadi hipotesis kedua yang berbunyi
harga mempunyai pengaruh yang dominan terhadap perilaku konsumen telah
terbukti.
Pembahasan Hasil Analisis
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen dalam pembelian air minum
mineral
Analisis hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa variabel-variabel secara
bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap perilaku konsumen. Ini bisa dilihat
dari nilai Fh (34,677) lebih besar dari Ft (= 2,14).
Hubungan antara variabel-variabel bebas terhadap variabel tergantung
menunjukkan hubungan yang erat (72,03%). Koefisien determinasi berganda sebesar
51,88% menunjukkan bahwa perilaku konsumen dijelaskan oleh pendidikan,
penghasilan, harga, kualitas, distribusi dan promosi sebesar 51,88%. Sedangkan
48,12% ditentukan oleh variabel diluar model.
Tingginya pengaruh di luar model karena benyaknya sebab faktor-faktor yang
mempengaruhi perilaku konsumen (pembelian ulang) yaitu: (a) faktor sosial, budaya; (b) Faktor referensi (misal keluarga, teman); (c) Faktor psikologis, (motivasi,
sikap, kebudayaan, persepsi); (d) Kepuasan di masa lalu.
2. Pengaruh masing-masing faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen air minum
mineral

a. Pengaruh pendidikan (X1) terhadap perilaku konsumen

Menurut hasil perhitungan statistik, ternyata bahwa faktor pendidikan
mempunyai hubungan positif atau searah, hal ini berarti bila pendidikan
ditingkatkan, maka perilaku konsumen dalam pembelian air minum mineral
juga meningkat.
Berdasarkan pengolahan data dihasilkan th = 3,464 lebih besardari tt = 1,960.
Ini berarti pendidikan mempunyai pengaruh yang signifikan.
Semakin tinggi pendidikan seseorang, maka pengetahuan terhadap
kesehatan semakin tinggi, sehingga mereka cenderung untuk lebih selektif
dalam memilih air minum yang bebas kuman. Hal inilah mengakibatkan pola
pembelian ulang memiliki arah yang positif terhadap pembelian .

b. Pengaruh penghasilan (X2) terhadap perilaku konsumen

Koefisian regresi variabel penghasilan menunjukkan angka positif berarti
memiliki hubungan positif atau searah dengan perilaku konsumen (Y).
Artinya bila total penghasilan responden meningkat maka perilaku
konsumen terhadap pembelian air minum mineral juga meningkat.
Berdasarkan pengolahan data, dihasilkan th = 3,642 lebih besar dari tt =
(1,960) artinya mempunyai pengaruh yang signifikan.
Semakin tinggi tingkat penghasilan, akan cenderung untuk membeli air
minum mineral kembali, karena daya beli yang dimiliki cukup tinggi.

c. Pengaruh harga (X3) terhadap perilaku konsumen

Koefisien regresi variabel harga menunjukkan angka positif, berarti bila harga
air minum mineral menurun, maka perilaku konsumen (pembelian ulang)
terhadap pembelian air minum mineral akan meningkat.
Berdasarkan pengolahan data, dihasilkan th = -5,167 < tt = (-1,960),
mempunyai pengaruh yang signifikan.
Tingkat persaingan yang tinggi antara perusahaan-perusahaan yang
memproduksi air minum mineral dalam galon (Aqua, Club, Ades, dan lainlain)
membuat konsumen sensitif terhadap harga (perbedaan harga jual air
minum mineral sangat tipis), sehingga bila harga dinaikkan, maka konsumen
cenderung untuk berpindah ke merk lain, artinya bila harga meningkat
pembelian ulang menurun.
d. Pengaruh kualitas (X4) terhadap perilaku konsumen
Koefisien regresi dari variabel kualitas menunjukkan angka yang bertanda
positif ini berarti, bahwa hubungan kedua variabel tersebut adalah searah,
artinya bila kualitas ditingkatkan, maka perilaku konsumen untuk
melakukan pembelian air minum mineral juga akan meningkat.

Berdasarkan pengolahan data, dihasilkan th = 2,328 lebih besar dari tt (=
1,960), mempunyai pengaruh yang signifikan.
Air minum merupakan kebutuhan pokok, sehingga kualitas air minum
mineral sangat dipertimbangkan oleh konsumen. Konsumen
mempertimbangkan masalah kualitas, karena kualitas air PDAM Surabaya
rendah. Oleh karena air merupakan kebutuhan pokok dan sangat
berhubungan dengan kesehatan manusia, maka kualitas air minum mineral
sangat mempengaruhi keputusan konsumen.

e. Pengaruh distribusi (X5) terhadap perilaku konsumen

Koefisian regresi dari variabel distribusi sebesar 0,8037. Dengan angka yang
bertanda positif ini, berarti bahwa hubungan kedua variabel tersebut adalah
searah, artinya bila distribusi ditingkatkan, dalam arti perusahaan berusaha
untuk memudahkan konsumen agar air minum mineral dapat dibeli di mana
saja konsumen berada.
Berdasarkan pengolahan data, dihasilkan th = 1,992 > tt = 1,960, memberikan
pengaruh yang signifikan.
Semakin baik distribusi (semakin tersedia air minum mineral di mana-mana),
maka kemudahan untuk mendapatkannya semakin tinggi. Hal ini
mempengaruhi pembelian air minum tersebut. Tingginya persaingan yang
ada telah membuat perusahaan yang memproduksi air minum mineral
berusaha untuk menyediakan produknya sedekat mungkin dengan
konsumen, sehingga bila suatu merk air minum mineral tidak tersedia (sulit
mendapatkan) maka konsumen dengan mudah bisa berpindah ke merk lain.

f. Pengaruh promosi (X6) terhadap perilaku konsumen

Koefisian regresi dari variabel promosi menunjukkan angka yang bertanda
positif, ini berarti bahwa hubungan kedua variabel tersebut adalah searah,
artinya bila promosi yang dilakukan oleh perusahaan ditingkatkan, maka
perilaku konsumen untuk melakukan pembelian air minum mineral juga
meningkat.
Berdasarkan pengolahan data, dihasilkan th = 2,062 > tt = 1,960, memberikan
pengaruh yang signifikan.
Promosi dapat menciptakan kesadaran konsumen terhadap suatu produk.
Promosi yang baik (menyampaikan keunggulan produk) akan meningkatkan
kepercayaan konsumen terhadap produk tersebut. Hal ini mempengaruhi
pembelian ulang konsumen.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan
Dari pengolahan dan analisis data, pengujian hipotesis, analisis dan pembahasan
hasil penelitian, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Ternyata hipotesis pertama diterima, bahwa perilaku konsumen dalam
pembelian air minum mineral dipengaruhi secara bersama-sama dan bermakna
oleh faktor pendidikan, penghasilan, harga, kualitas, distribusi dan promosi. Halini ditunjukkan oleh Fhitung = 34,677 lebih tinggi dari Ftabel = 2,14, dengan koefisien
korelasi R sebesar 0,7203 dan koefisien determinasi ganda (R Squared) sebesar
0,5188.
2. Hipotesis kedua yaitu harga mempunyai pengaruh dominan terhadap perilaku
konsumen air minum mineral dinyatakan diterima.

Saran
Berdasarkan pada kesimpulan-kesimpulan yang diambil, maka selanjutnya dapat
diusulkan beberapa saran yang mungkin dapat dilakukan dan bermanfaat bagi
industri air minum mineral. Adapun saran yang diusulkan adalah sebagai berikut :
1. Dengan diketahuinya faktor harga mempunyai pengaruh yang dominan
terhadap perilaku konsumen dalam pembelian air minum mineral di Kotamadya
Surabaya, maka hal ini mencerminkan bahwa faktor harga merupakan faktor
yang sangat menentukan dalam pembelian air minum mineral. Bertitik tolak dari
dari hasil tersebut, pengusaha hendaknya dalam menaikkan harga, harus sangat
dipertimbangkan akibatnya, karena adanya persaingan ketat antara pengusahapengusaha
air minum mineral.
2. Penghasilan merupakan faktor yang berpengaruh signifikan kedua. setelah
harga. Berdasarkan hal ini, pengusaha hendaknya memproduksi air minum
mineral sesuai dengan penghasilan masyarakat, sehingga masyarakat dapat
membelinya.
3. Pendidikan juga merupakan faktor yang berpengaruh signifikan. Distributor
hendaknya memperhatikan pendidikan konsumennya, karena semakin
berpendidikan seseorang, maka pengetahuan tentang kesehatan dalam memilih
air minum mineral semakin tinggi.
4. Kualitas air merupakan faktor yang berpengaruh signifikan. Berdasarkan hal ini,
pengusaha harus selalu meningkatkan kualitas air minum mineralnya.
5. Promosi juga merupakan faktor yang berpengaruh signifikan. Bertitik tolak hasil
ini, pengusaha harus melakukan promosi dengan menggunakan media yang luas
seperti Surat kabar, Televisi, maupun media-media cetak lainnya, sehingga air
minum mineral bukan hanya dikenal oleh masyarakat di Surabaya, tetapi juga
dikenal oleh masyarakat dari daerah-daerah yang lain.
6. Distribusi merupakan faktor yang berpengaruh signifikan. Dalam hal ini,
pengusaha sebaiknya menambah saluran-saluran distribusi dan meningkatkan
pelayanan yang lebih memuaskan konsumen, karena sekarang kontribusi
distribusi sangat kecil yaitu 2,16% terhadap perilaku konsumen dalam pembelian
air minum mineral.
7. Sehubungan penelitian ini hanya memperhatikan enam faktor yang
mempengaruhi perilaku konsumen dalam pembelian air minum mineral, maka
sangat perlu dilaksanakan penelitian lebih lanjut untuk melibatkan lebih banyak
faktor-faktor yang mempengaruhi konsumen dalam pembelian air minum
mineral, sehingga dapat diketahui efektivitas faktor-faktor tersebut terhadap
perilaku konsumen.

Kamis, 22 Juli 2010

HUBUNGAN DASAR NEGARA DENGAN KONSTITUSI

Dasar Negara
 Pengertian
Asal kata dari :
dasar : fondamen/pondasi
berdasarkan : memakai sebagai dasar,bersumber pada …..
Jadi Dasar negara berarti : pondasi bagi berdirinya suatu negara, sumber pelaksanaan kehidupan ketatanegaraan atau sumber segala peraturan yang ada dalam suatu negara
• Apa dasar negara kita? Pancasila

Proses pembuatan Pancasila sebagai dasar negara
*.BPUPKI (sidang I 29 Mei – 1 Juni 1945)
Tuj : merumuskan dasar negara
Tanggapan /usulan:
29 Mei Muh. Yamin usul 5 ranc dasar negara
31 Mei Soepomo usul 5 rancangan dasar negara
1 Juni Soekarno usul:
5 rancangan dasar Negara, usulannya bernama Pancasila
3 rancangan dasar Negara,usulannya bernama Trisila
1 rancangan dasar Negara,usulan bernama Ekasila

Dibentuk Panitia Kecil (Panitia 9) bertugas merumuskan rancangan dasar negara menjadi dasar negara. Hasil dari panitia kecil , adalah Piagam jakarta(22 Juni 1945)diberi nama Pancasila.
Disyahkan menjadi dasar negara oleh PPKI : Tgl 18 Agustus 1945 (Terdapat pd alinea IV Pemb UUD 45)

Kedudukan Pancasila sebagai dasar negara
 Sebagai ideologi negara
patokan berperilaku, jiwa dan kepribadian bangsa
 Sumber dari segala sumber hukum
Setiap produk hukum harus bersumber dan tidak boleh bertentangan dengan Pancasila
 Sebagai pandangan hidup bangsa
pegangan dalam berpikir dan memutuskan sesuatu


Konstitusi Negara
Asal kata Konstitusi
Bhs Latin (Constituere) menetapkan dan menentukan
Bhs Bld (grondwet) undang-undang
• Konstitusi Diartikan sebagai:
Peraturan yang mengatur suatu negara, baik yang tertulis maupun tidak tertulis
Konstitusi,dalam perkembangan dipahami identik dengan UUD.

Kapan UUD 45 Dibuat?
Pada sidang II BPUPKI (10 – 16 Juli 1945).
Disyahkan oleh PPKI resmi 18 Agustus 1945
Tujuan dibuat konstitusi
 Untuk mengatur organisasi negara dan lembaga-lembaga pemerintahan
 Untuk membatasi dan mengontrol tindakanpemerintahan agar tidak berlaku
sewenang-wenang.
Konstitusi Indonesia merupakan alat untuk melaksanakan nilai-nilai yang
terkandung dalam Pancasila dalam kehidupan kenegaraan


Konstitusi Negara
Nilai konstitusi
Dimaksud nilai adalah : sesuatu yang dianggap baik untk dilaksanakan.
Dilihat dari sejauh mana tanggapan masyarakat terhadap konstitusi yang dibuat oleh Negara maka ada 3nilai yang bisa dikemukakan di sini yaitu
1. Normatif
Bila pelaksanaan konstitusi ini memperoleh dukungan rakyat dan
Dilaksanakan secara sempurna
2. Nominal
Bila pelaksanaan konstitusi ini dalam batas tertentu berlaku walau Tidak
sempurna
3. Semantik
Bila konstitusi ini berlaku hanya formalitas Dipergunakan untuk
kepentingan Penguasa


Hubungan Dasar negara Dengan Konstitusi
 Berhubungan sangat erat, konstitusi lahir merupakan usaha untuk melaksanakan
dasar negara.
 Dasar negara memuat norma-norma ideal, yang penjabarannya dirumuskan dalam
pasal-pasal oleh UUD (Konstitusi)
 Merupakan satu kesatuan utuh, dimana dalam Pembukaan UUD 45 tercantum dasar
negara Pancasila, melaksanakan konstitusi pada dasarnya juga melaksanakan
dasar negara


UUD 45
•Sistematika UUD 45 terdiri dari
a. Pembukaan
b. Batang Tubuh
c. Penjelasan
• Sifatnya singkat (kalimat tiap pasalnya tidak panjang)dan luwes (mengikuti jaman)
• Batang Tubuh Bisa dirubah asal syarat terpenuhi :
diusulkan ≥ 2/3 anggota MPR
putusan disetujui ≥2/3 anggota yang hadir
• Kenyataan Batang Tubuh UUD 45, skr sudah diamandeman 4x
Amandemen I (14-21 Okt 1999)
Amandemen II ( 7-8 Agust 2000)
Amandemen III (1-9 Nov 2001)
Amandemen IV (1-11 Agust 2002)


Kedudukan dan Hub Pembukaan UUD 45 Dgn Batang Tubuh UUD 45
• Pembukaan UUD 45 mempunyai kedudukan Lebih tinggi dibanding BT, alasannya
Dalam Pembukaan terdapat :
1. dasar negara (Pancasila)
2. Fungsi dan tujuan bangsa Indonesia
3. Bentuk negara Indonesia (republik)
• Pembukaan tidak bisa diubah, mengubah sama saja membubarkan negara, sedangkan BT
bisa diubah(diamandeman)
• Dalam sistem tata hukum RI, Pembukaan UUD 45 memenuhi kedudukan sebagai pokok
kaidah negara yang fundamental, alasan:
1. dibuat oleh pendiri negara (PPKI)
2. pernyataan lahirnya sebagai bangsa yang mandiri
3. memuat asas rohani (Pancasila), asas politik negara (republik berkedaulatan
rakyat), dan tujuan negara (jadi negara adil makmur)
4. memuat ketentuan yang menetapkan adanya suatu UUD.

oleh : heri purwanto

Sabtu, 29 Mei 2010

Aspirasi Mahasiswa

SMPT Belum Mewadahi Aspirasi Mahasiswa
Jakarta, Kompas
Senat mahasiswa perguruan tinggi (SMPT) sampai saat ini diakui belum bisa
menjadi wadah aspirasi mahasiswa. Banyak kegiatan kemahasiswaan di kampur
terhambat oleh birokrasi perizinan dari pimpinan perguruan tinggi yang
ditetapkan sebagai aturan main bagi SMPT. Di sisi lain, SMPT juga ternyata
belum diadopsi oleh semua perguruan tinggi di Indonesia.
Hal itu disampaikan beberapa tokoh mahasiswa dan pimpinan perguruan tinggi
di beberapa perguruan tinggi di Indonesia, akhir pekan lalu. Mereka diminta
menanggapi sekitar aktivitas SMPT dan menghangatnya usulan untuk kembali
ke dewan mahasiswa (Dema).
Di sisi lain, usulan kembali kepada Dema mendapat tanggapan hati-hati
dari beberapa tokoh organisasi mahasiswa Ketua Senat Mahasiswa Universitas
Indonesia (SM-FEUI) Holil Baidowi, misalnya, menganggap usulan seperti itu
kurang realitis lagi untuk masa sekarang. Alasannya, karena banyak
perubahan telah terjadi dalam diri mahasiswa dan organisasi kemahasiswaan.
"Sebenarnya untuk membuat mahasiswa mau mengerti SMPT saja tidak mudah.
Banyak di antara mereka (mahasiswa), termasuk di Universitas Diponegoro,
sekadar ingin kuliah, belajar dan mengejar SKS (satuan kredit semester).
Mereka tidak mau tahu dengan kegiatan kampus, apalagi masyarakat," ungkap
Heri Santoso, Ketua SM Fakultas Non-gelar Teknik Universitas Diponegoro
(Undip) Semarang.
Konsep SMPT, pada kenyataannya memang belum diadopsi semua perguruan tinggi
di Indonesia. Di Institut Teknologi Bandung (ITB), misalnya, sebagaimana
diakui Pembantu Rektor III ITB, Dr Indra Djati Sidi, sampai saat ini memang
belum ada SMPT. Semua kegiatan dan aktivitas mahasiswa dilaksanakan di
masing-masing himpunan dan jurusan yang seluruhnya berjumlah 23 himpunan.
"Kendati di ITB belum ada lembaga formal SMPT, tetapi secara substansial
semua kegiatan di Kampus Ganesha ini sudah mencerminkan apa yang tertuang
dalam SMPT," kata Indra, pembantu rektor yang membidangi kemahasiswaan itu.
Di Universitas Islam Yogyakarta (UII) seperti dituturkan Pembantu Rektor I
UII, Dr Mahfud MD, bentuk lembaga kemahasiswaan yang diambil disebut Dewan
Perwakilan Mahasiswa (DPM) yang mempunyai struktur seperti Dema tahun 1970-an.
"Namanya lain, tetapi isinya sama," tuturnya.
Mahfud mengungkapkan, pengambilan bentuk DPM itu sempat menimbulkan pertanyaan
dari kalangan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, mengingat strukturnya
tidak sama dengan senat mahasiswa di berbagai perguruan tinggi. Hal itu
pernah disampaikan langsung ke mahasiswa, akan tetapi para mahasiswa tetap
bersikukuh menggunakan nama DPM. "Oleh karena itu merupakan pilihan mereka,
ya akhirnya tetap dibiarkan menggunakan nama DPM, dan kenyataannya memang
tidak apa-apa," tambahnya.
Tergantung rektorat
Ketergantungan SMPT yang begitu besar terhadap pihak rektorat, terutama dalam
hal dana bagi kegiatan-kegiatan mahasiswa, menurut banyak pengurus di senat-
senat mahasiswa tingkat fakultas maupun SMPT, menyebabkan SMPT tidak bisa
menyalurkan banyak aspirasi mahasiswanya. Sikap sebagian mahasiswa yang tidak
mendukung pengembangan lembaga mahasiswa tersebut, juga menjadi salah satu
faktor penyebab dilakukan penyaluran aspirasi mahasiswa melalui wadah-wadah
lain di luar kampus.
Sebagai contoh, menurut Pembantu Rektor III Universitas Gadjah Mada (UGM)
Ir Bambang Kartika SU, semua unit kegiatan mahasiswa yang tergabung dalam
beberapa sekretariat bersama, masing-masing "ditunggui" dosen pembina.
Bersama dosen pembina inilah unit-unit kegiatan melakukan konsultasi dan
perencanaan kegiatan, sehingga ketika suatu perencanaan dimintakan pengesahan
ke pejabat yang lebih atas, jarang yang kemudian ditolak.
"Usulan perencanaan kegiatan yang berlingkup fakultas diketahui oleh Pembantu
Dekan (PD) III, sedang yang berlingkup universitas diketahui oleh Pembantu
Rektor (PR) III, dan yang berlingkup nasional perlu diketahui oleh rektor,"
kata Bambang. Oleh karena melalui dosen pembina itulah, dia menambahkan,
jarang usulan perencanaan kegiatan mahasiswa ditolak.
Aturan main pengesahan izin PD III dan PR III atau rektor memang menjadi
aturan main SMPT di seluruh universitas. Di beberapa fakultas, birokrasi
untuk memperoleh izin itu memang mudah, seperti yang diungkapkan Ketua
SM-FEUI. Akan tetapi di beberapa fakultas, sebagaimana diungkapkan Sekretaris
Umum Senat Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Indonesia (SM-FISIP) Meily Badriati, birokrasi untuk memperoleh izin itu
cukup menyulitkan dan memakan waktu lama.
Meily menguraikan, seringkali proposal kegiatan yang diajukan diminta untuk
diperbaiki karena berbagai alasan. Meskipun proposal sudah baik, hasilnya belum
tentu disetujui, terutama bila berkaitan dengan orang-orang di luar kampus.
"Malahan ketika kami akan mengundang Iwan Fals dan Rendra untuk sebuah kegiatan
musik di kampus, kami tidak mendapatkan izin. Ada semacam cekal dari pihak
rektorat," ungkat Sekum SM-FISIP UI itu dibenarkan juga oleh Arief, mantan
pengurus SM-FISIP UI (1993-94).
Meily dan Arief menambahkan, adanya hambatan birokrasi untuk mengadakan
kegiatan di kampur itu akhirnya mendorong mahasiswa untuk melakukan aktivitas
di luar kampus, dengan bergabung kepada LSM atau organisasi kemahasiswaan
lainnya. "Salah satu contohnya adalah ketika kami dilarang untuk
menyelenggarakan Pentas Seni dan Dialog Solidaritas Bosnia di kampus.
Akhirnya kami mengadakan kegiatan itu di luar kampus dengan tidak memakai
nama FISIP UI," ujar Meily.
LSM
Di kalangan sebagian aktivitas mahasiswa sendiri, organisasi di luar
kampus saat ini dianggap lebih bisa menampung aspirasi mereka dibandingkan
SMPT. Sawaludin Lubis aktivis mahasiswa ITB dari jurusan Geofisika,
misalnya, menganggap LSM (lembaga swadaya masyarakat) sebagai lembaga yang
representatif untuk menampung semua aktivitas dan aspirasi mahasiswa ITB.
Konsep LSM itulah yang sudah diusulkan mahasiswa kepada rektor ITB, setelah
melalui referendum para mahasiswa pada tahun lalu.
Akan tetapi beberapa aktivis mahasiswa lain berpendapat, kurang otonomnya
SMPT sebetulnya bukan menjadi faktor penyebab utama sehingga timbul ketidak
puasan terhadap SMPT. Menurut Ketua Umum SM-UGM, Taufik Rinaldi, serangan
terhadap SM sebagai organisasi kemahasiswaan yang dianggap tidak otonom dan
tidak independen tidak bisa diterima.
"Kalau daya tawar mahasiswa masih kurang, saya sependapat. Mari kita buat
kekuatan mahasiswa mempunyai daya tawar yang kuat. Sedangkan kalau struktur
yang dinilai lemah oleh mereka yang menginginkan pembentukan Dema, menurut
saya tidak ada masalah apa-apa dengan struktur SMPT selama ini," katanya.
Pendapat yang sama juga disampaikan Holil Baidowi dari SM-FEUI.
Taufik menambahkan, masalah yang dihadapi organisasi kemahasiswaan Indonesia
sekarang ini bukan pada struktur, tetapi kultur berorganisasi mahasiswanya.
Hal senada juga diungkapkan Puguh Trisadono, aktivis mahasiswa Undip. Adanya
sikap yang pasif tersebut sebenarnya bukan saja dari sikap pemerintah melalui
NKK/BKK (Normalisasi Kehidupan Kampus/Badan Koordinasi Kemahasiswaan), tetapi
justru tumbuh dari mahasiswa sendiri karena kondisi lingkungan yang memaksanya.
"Sebenarnya berbagai kebijakan yang menghambat aktivitas mahasiswa itu kan
dapat saja disiasati. Buktinya tidak sedikit mahasiswa yang dapat aktif
dan kritis sekarang ini," tandasnya.
(Kompas, Senin, 30 Januari 1995)