Bisnis waralaba sedang menjadi pilihan yang paling banyak diminati oleh para pelaku usaha atau mereka yang baru mau memulai usaha. Produk yang ditawarkan pun beragam mulai dari produk luar sampai produk lokal. Lalu bagaimana memilih waralaba yang tepat dan menguntungkan ?
Anda mungkin pernah melihat sebuah produk makanan ringan dari ketela yang menjamur di sudut-sudut pusat perbelanjaan. Pembeli pun bahkan rela untuk antri membeli makanan ini, tapi baru beberapa bulan berjalan, mendadak pembeli pun sepi. Gerobak yang dijadikan media berjualan hilang satu per satu.
Bisnis waralaba saat ini memang sedang tumbuh subur. Menurut catatan majalah info franchise pertengahan tahun 2010, pertumbuhan omzet waralaba meningkat 20 persen di tahun 2009.
Sementara widia Dharmadi, konsultan franchise Indonesia, saat ini ada 1500 usaha franchise di Indonesia. Namun, dari sekian banyak itu, kebanyakan masih berupa Business Opportunity yang belum teruji. “Makanya harus hati-hati saat membeli franchise”, kata widia.
Cek dan Ricek
Ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan ketika ingin membeli usaha franchise. Pertama profitnya harus jelas, sistemnya bagus, detail dan ada Surat Tanda Pendaftaran Waralaba (STPW). ” Itu baru syarat di atas kertas. Dan harus di cek dulu. Jangan langsung percaya saja pada franchisor (pihak penjual franchise).
Banyak hal yang harus di cross-check di lapangan, antara lain menanyakan sejarah franchise kepada penjual. Biasanya, bisnis yang sudah teruji punya perjalanan usaha minimal 5 tahun.
Widia juga menyarankan jangan memilih yang sebenarnya baru merupakan business opportunity. Contoh tren bisnis donat, ada yang bertahan tapi banyak juga yang tumbang. Nah yang tumbang ini mungkin hanya merupakan business opportunity. Baru 1-2 tahun berdiri, bahkan baru 3 bulan sudah jual waralaba.
Yang tak kalah penting adalah mengecek tim support dari franchise yang akan dibeli. Mulai dari pelatihan, bahan baku dan sebagainya. Ini sangat penting karena menyangkut kelangsungan hidup usaha yang akan dibeli.
Soal profit juga harus di cek ulang. “Harus dilihat langsung dan ditongkrongin seharian di lokasi franchise yang akan dibeli”. Dihitung berapa omzetnya, berapa jumlah pengunjungnya, berapa lama penyajian, harus benar-benar dilakukan riset dan survey sendiri. Pokoknya harus diketahui semua detilnya sebelum membeli.
Pemilihan lokasi juga tak kalah penting. Apakah lokasi yang akan dibidik tersebut di pusat pertokoan, perkantoran, sekolah atau kompleks perumahan. Pemilihan lokasi harus di diperhitungkan dengan baik. Harus diperhitungkan jam bukanya. Bila di perkantoran atau sekolah sudah pasti hari sabtu dan minggu tutup, sehingga penghitungan omzet juga harus diperhatikan.
Yang kerap dilupakan pebisnis sistem ini adalah soal passion. Kalau passionnya di kuliner, ya jangan membeli franchise musik atau pendidikan. Jadi pilih bisnis yang sesuai dengan passion kita. Biasanya sih akan lebih berhasil dan mudah mencari jalan keluarnya bila ada kesulitan.
Ikut Terjun
Memilih bisnis franchise dapat dikatakan seperti memotong langkah proses memulai usaha. Itu sebenarnya prinsip utama franchise. Hanya saja, pemilik harus benar-benar jadi owner operartion yang harus tahu operasional usahanya. Jangan hanya modal duit lalu pengelolaan diserahkan ke orang lain. Minimal dia harus mengerti cara kerjanya bagaimana. Jadi, kebocoran akan bisa dicegah.
Sistem juga harus dipahami. Misalnya, bagaimana pengiriman bahan baku, ukuran, mengolah sampai penyajiannya. Jadi kalau ada masalah, bisa segera di atasi.
Sebagai contoh, bisnis franchise lele. Pemilik harus mengecek pengiriman ukuran lele sesuai standar. Jangan sampai ukuran lelenya kebesaran atau malah kekecilan. Karena pembeli bisa membandingkannya dengan outlet lain. Dan jangan sampai kita menerima lele yang sudah mati, karena akan mengurangi kualitas
Tahun kelima
Meski saat ini banyak tawaran franchise dari dalam maupun luar negeri, namun widia menyarankan untuk menjadi wirausaha sendiri. Daripada mengambil franchise yang belum diketahui sudah teruji atau belum. Widia menyarankan untuk memulai bisnis ini dengan usaha sendiri sesuai passion. Tidak usah langsung besar, dari kecil saja dulu, tapi harus sabar. Nikmati usaha itu dari tahun pertamu sampai tahun ke lima, dan hadapi proses jatuh bangun itu dengan sabar, karena proses itu justru akan membuat kita lebih kuat dan memberikan pengalaman yang hebat.